REPUBLIKA.CO.ID, BOMBANA -- Anggota DPR, Amirul Tamin, menyambut baik konsep persaudaraan Tanduale Moronene-Bugis. Dia menilai persaudaraan itu untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bombana yang lebih harmonis.
“Saya terharu dengan konsep persaudaraan ini,” kata Amirul usai menyaksikan acara refleksi sejarah Tanduale Moronene-Bugis, Senin (26/12).
Selain dihadiri oleh politikus nasional, acara itu juga dihadiri oleh salah satu pasangan calon bupati bombana 2017-2022 yakni Kasra-Arfah. Menurut Kasra, dirinya adalah salah bukti keberhasilan konsep Tanduale, karena dirinya adalah merupakan produk nyata dari konsep ini. "Ayah saya Moronene, Ibu saya Bugis. Saya adalah salah satu produk konsep Tanduale" ungkapnya.
Melalui siaran persnya yang diterima Republika.co.id, salah seorang tokoh masyarakat Bugis, Masnun menjelaskan, inisiatif releksi sejarah ini dimunculkan oleh masyarakat Rumbia, khususnya Kelurahan Lampopala . Acara ini mengusung tema "Tanduale Sebagai perekat persaudaraan yang bermartabat dalam bingkai NKRI untuk membangun wonua Bombana Baru & Maju".
Masnun menjelaskan, secara sejarah, Tanduale adalah ikatan pengangkatan persaudaraan yang dilakukan orang Bugis sebagai masyarakat yang datang menetap tinggal di Keuwia (Kerajaan Pertama Rumbia). Raja dengan gelar pertama Pauno Rumbia menggelar peristiwa pengangkatan persaudaraan antara kedua belah pihak Moronene dan Bugis terjadi di masa pemerintahan Raja/Mokole Paduka Yang Mulia Intera Sangia Mpesoe/Sangia Rahawatu pada 1830.
“Salah satu nilai persaudaran itu adalah janji jika ada orang Moronene yang mati di laut maka sekiranya orang Bugis yang akan mengurus segala sesuatunya hingga pemakaman, demikian pula sebaliknya jika ada musibah/duka yang terjadi di Darat/Gunung maka orang Moronene yang akan mengurus segala sesuatunya hingga pemakaman,” kata Masnun.