REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terjerat kasus dugaan penistaan agama menjadi pengalaman yang paling berkesan bagi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di tahun 2016. Salah satu alasan berkesan adalah lantaran Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua itu merasa tidak pernah melakukan penistaan agama.
"Hal yang paling berkesan di 2016 itu, Ahok tersangka naik jadi terdakwa," katanya saat kampanye blusukan di Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (28/12).
Ahok mengaku, mendapatkan banyak pelajaran dan hikmah dengan adanya kasus ini. "Kalau kamu jadi pohon lurus itu banyak yang mau nebang kamu," ujarnya sambil tersenyum.
Terdakwa kasus dugaan penistaan agama itu pun sudah menyusun resolusi di 2017. Bila terpilih lagi menjadi Gubernur, ia mengaku akan lebih menjaga setiap ucapannya. "Kalau kita terpilih lagi, saya mulai ngerti kan, bicaranya jangan banyak buka celah, supaya orang enggak dapatin untuk fitnah, untuk dipelintir. Kalau mau santun lebih gampang kan. Tapi kalau karakter kamu korup kan susah. Kalau cuma milih kata-kata kan gampang. Kita belajar saja milih kata-kata yang kamu suka," kata Ahok.
Meskipun begitu, Ahok mengaku tidak merasa takut terkait dugaan penistaan agama yang menjeratnya. “Selama niat kita baik, kenapa takut? Kalau kamu mutiara, mau buang ke kubangan juga tetap mutiara, kenapa lu takut? Kecuali lu pencitraan baru takut,” kata Ahok.