REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menagih laporan pertanggungjawaban (LPJ) akhir Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 kepada PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator kompetisi. Juru Bicara di Kemenpora, Gatot Dewa Broto mengatakan, selama gelaran ISC 2016, Kemenpora mencatat banyak sejumlah insiden dan persoalan. Sejumlah insiden, bahkan sampai menelan korban jiwa.
Contohnya, saat aksi kekerasan antara suporter Jakmania dengan aparat Polda Metro Jaya, saat laga Persija Jakarta melawan Persela Lamongan, Juni lalu. Insiden tersebut, menelan satu korban jiwa dari pihak suporter ibu kota. Insiden kekerasan antar suporter juga terjadi saat laga PSS Sleman melawan Persinga Ngawi, di Yogyakarta Agustus lalu.
Insiden yang melibatkan militer juga pernah terjadi saat laga Gresik United melawan PS TNI. Insiden paling anyar yang melibatkan antar suporter juga terjadi pada November lalu. Dua suporter tewas usai laga Persija dan Persib Bandung di Solo, awal bulan lalu tersebut.
Persoalan lain selama gelaran ISC juga terjadi dalam hal administratif. Itu setelah terkuaknya banyaknya pemain asing di klub-klub peserta ISC yang berstatus ilegal lantaran tak memiliki passport bekerja di Indonesia. Dari banyaknya persoalan tersebut, Gatot menerangkan, PT GTS sebagai operator ISC, selalu melaporkan pertanggung jawaban kejadian, saat Kemenpora meminta.
“Karena itu, ISC sudah berakhir, PT GTS juga harus melaporkan pertanggung jawaban terakhir," kata Gatot, Rabu (28/12). Deputi IV bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora itu menambahkan, laporan akhir dari PT GTS tersebut, penting bagi pemerintah sebagai acuan Kemenpora dan juga kepengurusan PSSI yang baru, untuk mengantisipasi kekurangan kompetisi resmi yang akan dimulai pada Maret 2017 mendatang.