REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Produksi padi di Jawa Barat semakin berkurang tiap tahunnya. Ini berdasarkan data Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat sejak 2013 hingga 2016.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan alih fungsi lahan menjadi salah satu faktor berkurangnya produksi padi. Salah satunya terjadi di Kabupaten Bekasi.
Deddy menyebutkan Kabupaten Bekasi dulu menjadi salah saru penghasil padi terbesar di Jawa Barat. Namun seiring berkembangnya industri lahan pertanian semakin terkikis.
"Kabupaten Bekasi tidak bisa lagi diklaim lumbung pangan karena Kabupaten Bekasi yang pertumbuhan industrinya paling cepat," kata Deddy di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (29/12).
Ia menyebutkan saat ini Bekasi hanya mempu memenuhi 30 persen kebutuhan padi warganya. Sebab, semakin berkembangnya industri juga berdampak pada pertambahan penduduknya. Sehingga tingkat konsumsi pangan juga bertambah.
Wagub mengaku kebutuhan industri juga tidak bisa dicegah. Karena kebutuhan lapangan pekerjaan dan barang jadi juga semakin meningkat. Namun, perkembangan kawasan industri tetap harus dikendalikan. Sehingga tidak menggeser lebih banyak lahan yang akan digunakan untuk kebutuhan lainnya.
"Makanya pengembangan kawasan industri harus terkendali. Pentinganya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) ini luar biasa," ujarnya.
Selain itu mengantisipasi menurunnya produksi padi pemprov dikatakannya menargetkan pencetakan lahan sawah baru ke depannya. Ditargetkan 80 ribu hektare sawah baru bisa dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan pangan Jawa Barat.
Wagub menyebutkan Jabar Selatan akan menjadi prioritas pencetakan sawah baru. Sesuai dengan peraturan daerah tentang pengembangan wilayah metropolitan yang telah dikeluarkan. "Dalam perda kita tentang wilayah pengembangan dan wilayah metropolitan, Jabar Selatan akan menjadi agrobisnis," ujarnya.