REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut prihatin dan berduka atas terjadinya kasus perampokan dan penyekapan secara sadis satu keluarga di Pulomas, Jakarta Timur. MUI menilai perbuatan tersebut adalah tindakan manusia biadab, jauh dari nilai moral dan agama.
"Setan dari mana yang telah merasuki hati dan pikirannya (pelaku) sehingga kehilangan sifat kemanusiaannya," kata Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Saadi kepada Republika.co.id, Kamis (29/12).
Kejadian tersebut, kata dia, mengingatkan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya pendidikan dan ajaran agama, moral dan akhlak atau budi pekerti. "Karena dengannya hidup manusia lebih terarah dan terkendali, tidak liar dan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuannya," kata dia.
Dengan begitu, seseorang tidak akan 'gelap mata' menyakiti sesama demi tercapainya ambisi sesat seperti yang dilakukan para pelaku perampokan. MUI mengapresiasi Kepolisian RI yang dengan cepat dan sigap segera membekuk pelakunya. Zainut mengatakan para pelaku sangat pantas mendapatkan hukuman yang sepadan dengan perbuatannya.
Seperti diberitakan sebelumnya, komplotan perampok menyekap 11 orang di kamar mandi berukuran 2 kali 1 meter di sebuah rumah di kawasan Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur. Enam korban diantaranya meninggal dunia diduga karena kehabisan oksigen.
Keenam korban meninggal yakni Dodi Triono (59), Diona Arika Andra Putri (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amel (9), Yanto dan Tasrok (40). Sementara korban yang masih hidup yakni Emi (41), Zanette Kalila Azaria (13), Santi (22), Fitriani (23) dan Windy (23).
Diduga, perampokan tersebut terjadi pada Senin (26/12), namun baru diketahui Selasa (27/12). Polisi sendiri kini telah menangkap para pelaku. Pelaku berjumlah empat orang, tiga diantaranya sudah ditangkap dan satu masih buron. Satu di antara tiga pelaku yang ditangkap tewas ditembak polisi karena melawan saat akan diamankan.