Kamis 29 Dec 2016 22:30 WIB

Tunis Cermin Nilai Budaya dan Sosial Islam

  Warga membeli roti pada hari pertama bulan suci Ramadhan, di pusat kota Tunisia, Ahad (29/6).  (Reuters/Zoubeir Souissi)
Warga membeli roti pada hari pertama bulan suci Ramadhan, di pusat kota Tunisia, Ahad (29/6). (Reuters/Zoubeir Souissi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Laiknya sebuah kota modern, pada abad ke-13 Tunis telah tampil

sebagai kota yang cantik dan elegan. Penataan kotanya begitu terencana dengan baik.

Tunis adalah cerminan nilai budaya dan sosial Islam yang sesungguhnya. Kota Muslim itu ditata berdasarkan fungsi sosial-budaya tanpa melupakan nilai ekonominya.

Kota Tunis yang megah dan indah itu ditopang beberapa elemen penting yang membuatnya begitu kental bernuansa Islam. Elemen penting itu, antara lain: Masjid Tempat beribadah umat Islam itu berdiri di tengah-tengah kota. Masjid menjadi pusat aktivitas kegamaan dan keilmuan.

Masjid tak hanya menjadi tempat untuk beribadah, namun juga menjadi pusat menimba ilmu pengetahuan. Di

sekitar masjid berdiri universitas dan perpustakaan.

Pusat perdagangan Di sekitar kompleks Al-Zaituna terdapat sebuah jaringan pusat perbelanjaan, seperti pasar, bazar, dan tempat belanja di pinggir jalan. Pusat perdagangan ini mencerminkan denyut perekonomian di jantung kota. Di dekat masjid terdapat penjual buku, parfum, pedagang pakaian, dan pedagang manisan

buah-buahan.

Permukiman penduduk Hampir di setiap pemukiman penduduk terdapat masjid, tempat umat melaksa na - kan shalat

lima waktu. Bangunan rumah di era itu juga sudah sangat bagus dan modelnya mengikuti bentuk istana raja.

Infrastuktur transportasi Jalan-jalan yang bagus menghiasi kota Tunis. Jalanan ini menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Sarana transportasi seperti kuda sudah tersedia. Kasbah Kota Tunis dikelilingi oleh tembok yang sangat kuat. Tembok ini menjadi benteng pertahanan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement