REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD -- Pusat pengungsi Serbia saat ini telah penuh dan tidak memungkinkan untuk menampung para migran. Menurut UNHCR, tempat ini tidak lagi memadai akibat jumlah orang-orang yang berdatangan terlalu banyak.
Sudah ada sekitar 7.000 migran yang ditampung di pusat pengusngsi Serbia. Kebanyakan berasal dari Afghanistan, Irak, dan Suriah yang melarikan diri dari negara asal mereka karena terjadinya konflik.
Kondisi penampungan di Serbia terus menjadi penuh karena ditutupnya perbatasan Balkan. Dari perbatasan itu, orang-orang yang hendak mencari suaka ingin pergi menuju Uni Eropa.
Setelah ditutupnya Balkan, jumlah pengungsi yang masih ke negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi di Eropa seperti Jerman berkurang. Namun, akibatnya di Serbia peningkatan migran begitu melonjak dan diperkirakan mencapai 100 orang yang berdatangan setiap harinya.
Sementara di Hongaria yang berdekatan dengan Serbia hanya sekitar 20 orang yang diperbolehkan masuk. UNHCR mengkhawatirkan hal ini dapat membuat banyaknya orang terlantar dan menghadapi kondisi cuaca musim dingin yang berpengaruh kepada kesehatan mereka.
Pemerintah Serbia berjanji untuk membuat sekitar 6.000 tempat tidur baru untuk menampung para pengungsi. Meski demikian, dibutuhkan bantuan lainnya seperti pasokan makanan dan obat-obatan yang saat ini diminta ke negara-negara Uni Eropa.
"Seluruh pusat pengungsian di Serbia penuh dan kami khawatir banyak orang terus terlantar dengan tidak adanya bantuan dari negara lain," ujar pernyataan dari UNHCR, Jumat (30/12).