REPUBLIKA.CO.ID, KAPUAS -- Berdakwah ke wilayah terpencil dan pelosok di Indonesia sudah menjadi rutinitas KH MZ Fadzlan Rabbani Garamatan. Kali ini pedakwah asal Papua yang akrab disapa Ustaz Fadzlan itu mengunjungi dua lokasi pertambangan batu bara di pedalaman Kalimantan Tengah, tepatnya di Desa Kahukup dan Paring Lahung, Kabupaten Kapuas, Kamis (29/12).
Kehadiran Ustaz Fadzlan ini untuk memberikan pesan spiritual kepada para pekerja tambang batu bara milik PT Pama Asmi di malam pergantian tahun 2017 nanti. Jauhnya lokasi pertambangan menjadi tantangan tersendiri bagi Ustaz Fadzlan menempuh perjalanan kurang lebih 350 kilometer dari ibukota provinsi Palangkaraya.
Lokasi pertambangan dan mess karyawan yang berada di tengah hutan menjadikan perjalanan dakwah ini memberi kesan tersendiri. Republika ikut dalam empat hari perjalanan dakwah Ustaz Fadzlan di lokasi pertambangan batu bara, merasakan bagaimana perjalanan darat selama 10 jam menuju lokasi di pedalaman Kalimatan Tengah.
Perjalanan darat dari kota Palangkaraya menuju Kabupaten Kapuas menempuh waktu kurang lebih enam jam melalui jalan beraspal. Kemudian dilanjutkan perjalanan darat melalui jalan tanah membelah hutan Kapuas kurang lebih 150 kilometer selama empat jam menuju lokasi, di Desa Kahukup dan Paring Lahung.
Selama perjalanan jalur tanah membelah lebatnya hutan Kalimantan, kondisi khas offroad dilalui. Tak jarang jalan berlumpur dan longsoran tanah menghambat perjalanan. Syukurnya Ustaz Fadzlan dan tim difasilitasi mobil dengan roda berkekuatan 4x4 atau double gardan oleh perusahaan tambang, sehingga mampu melewati jebakan lumpur dan longsoran tanah.
Setelah empat jam perjalanan menembus hutan akhirnya kendaraan memasuki area pertambangan. Jalur jalan tanah lebih lebar dan stabil, berbagai truk bertonase besar hilir mudik membawa batu bara dan alat berat dari dan menuju lokasi pertambangan. Ustaz Fadzlan pun kemudian diarahkan memasuki area mess karyawan sebagai tempat menginap.
"Tidak banyak dai dan pendakwah yang mau berdakwah seperti ini," kata ustaz asal Papua Barat ini, saat tiba di mess karyawan di Desa Kahukup, Jumat (30/12). Menurutnya banyak dai sekarang hanya ingin berdakwah di kota-kota besar, penuh dengan fasilitas dan tidak mau bersusah payah ke pelosok dan pedalaman.
Karakter dai seperti ini, menurutnya telah membuat umat Islam di daerah-daerah dan pelosok pedalaman jauh dari nilai dam semangat keislaman. Baginya dai adalah pekerjaan mulia dan yang lebih mulia adalah dai-dai yang dengan sukarela berdakwah di tempat-tempat tersulit, terjauh dan pelosok, yang minim nilai ke-Islam-an atau bahkan belum mengenal Islam sama sekali.
Area pertama mess karyawan berada di desa Kahukup menampung kurang lebih 1.000-an orang karyawan tambang. Terdapat sebuah masjid bernama Al Muhajirin sebagai pusat kegiatan ibadah karyawan di sana. Masjid ini akan menjadi pusat kegiatan Tabligh Akbar yang akan diisi oleh Ustaz Fadzlan di penghujung malam pergantian tahun nanti.
"Kita salut dengan karyawan tambang batu bara di sini, yang masih mau belajar Islam dan menghidupkan masjid di pedalaman hutan Kalimantan," katanya. Ia berharap akan semakin banyak karyawan-karyawan dan para profesional Muslim di bidang pertambangan yang lebih peduli memperdalam ke-Islaman-nya daripada hanya sekadar mementingkan faktor dunia dan materi saja.
Desa yang menjadi lokasi Tabligh Akbar bukan hanya di Kahukup, desa lain berada di Paring Lahung, 75 kilometer dari mess karyawan di Kahukup. Dua mess karyawan ini merupakan site pertambangan batu bara yang dikelola oleh PT Pama Asmi dan PT Pamapersada di Kalimantan Tengah.
Perusahaan tambang batu bara ini seringkali khusus mengundang dai dan mengadakan kegiatan dakwah serta tabligh akbar bagi karyawannya setiap momen tertentu, seperti pergantian tahun. Agenda tabligh ini bertujuan memberi bekal spiritual karyawan dan membangun nilai positif serta profesionalisme, daripada sekadar merayakan tahun baru dengan hiburan dan aktivitas menghamburkan uang.