REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau masyarakat agar cerdas dan kritis dalam menggunakan media sosial dan internet. Menag mengatakan, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), masyarakat menggunakan Medsos dalam satu hari penuh rata-rata tak kurang dari 3,5 jam.
"Jadi betapa pengaruh dunia maya luar biasa pada hidup kita. Dan itu trennya akan terus meningkat," katanya saat menghadiri acara Dzikir Nasional Republika 2016 di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Sabtu (31/12).
Lukman mengakui, internet berisi informasi yang begitu melimpah yang tidak semuanya negatif. Namun, pelbagai isu yang menyesatkan juga mudah ditemukan di internet. "Banyak juga informasi-informasi yang bukan hanya sekadar tak berguna, tapi juga merusak kita sebagai sebuah bangsa," ujarnya.
Menag lantas mengingatkan khalayak tentang sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa seseorang bisa masuk ke dalam golongan pembohong bila ia menyampaikan setiap kata-kata yang didengarnya.
"Atau dalam konteks sekarang, mem-posting, melakukan share (semua) hal-hal yang kita dengar. Padahal, hal-hal itu belum tentu buruk semua. Bayangkan, kalau hal-hal itu informasi yang belum diverifikasi, belum diklarifikasi, belum kita tabayyun kebenarannya tetapi kita sudah main posting," jelasnya.
Apalagi, informasi yang masih sumir seringkali memancing emosi pembaca sehingga menimbulkan hujatan-hujatan di media sosial. Karena itu, Menag mengajak khalayak semua untuk lebih cerdas. Jangan mau diadu domba lantaran posting yang tak jelas sumbernya. Alangkah lebih baiknya bila pengguna internet sering-sering membagikan konten yang bernilai ajakan positif.
"Misalnya, doa-doa atau ajakan-ajakan ibadah, amal soleh. Tapi kalau informasi yang kita sendiri ragukan kebenarannya, maka cukuplah berhenti di kita. Tidak usah kita lanjutkan," tegasnya.
Indonesia merupakan bangsa yang begitu majemuk. Menag berharap, seluruh elemen bangsa, khususnya umat Islam agar terus berkomitmen menjaga keutuhan negara Republik Indonesia.
Tidak tertutup kemungkinan, isu-isu samar berasal dari pihak luar yang ingin melihat Indonesia hancur. Sehingga, kata Menag, Indonesia kehilangan waktu pekerjaan yang bermanfaat karena waktunya terkuras di media sosial.