REPUBLIKA.CO.ID, SUNDERLAND -- Pascapemecatan yang dilakukan Manchester United (MU) kepada David Moyes April 2014 lalu, banyak pihak yang langsung menghakimi Iblis Merah sebagai tim tak patuh tradisi. Pemecatan Moyes, yang saat itu mendapat warisan skuat juara Liga Primer Inggris musim sebelumnya dari Sir Alex Ferguson, dianggap tak beretika.
Moyes yang belum genap berkerja setahun dinilai tidak diberi kesempatan oleh manajemen klub peraih 20 titel liga itu. Tapi keputusan Ed Woodward dan jajaran direksi MU lainnya, saat itu bulat untuk mendepak Moyes.
Pelatih kelahiran 1963 itu pun pergi meninggalkan banyak rekor buruk bagi United. Hingga akhirnya, di pengujung musim 2014/2015, MU harus finis di posisi ketujuh yang merupakan peringkat terburuk sepanjang sejarah mereka berkiprah di Liga Primer Inggris.
Moyes kemudian mendapatkan pekerjaan di La Liga Spanyol untuk menangani Real Sociedad. Tapi begitulah Moyes. Pelatih asal Skotlandia itu tak bisa membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih andal.
Kecakapannya sebagai pelatih yang mampu 11 tahun bertahan di klub Liga Primer Inggris, Everton, dari musim 2003/2004 hingga 2012/2013, memang layak dihormati. Namun dunia seolah lupa, meski lama membesut Everton, Moyes sebenarnya tak sanggup sekalipun mempersembahkan trofi bagi klub berjuluk the Toffees itu.
Sociedad mungkin baru menyadari hal ini ketika Moyes malah membawa mereka terjerembab di zona degradasi di pertengahan musim 2015/2016. Moyes pun dipecat setelah 364 hari menangani klub asal Kota Basque, Spanyol ini.
Usai menghilang sejak dipecat November tahun 2015, sosok Moyes ternyata masih jadi pesona bagi klub asal negeri Ratu Elizabeth. Awal musim 2016/2017, Moyes menerima tawaran sebagai pelatih Sunderland.
Kala itu, dia menggantikan posisi Sam Allardyce yang dipanggil Timnas Inggris. Tapi sekali lagi, begitulah Moyes. Eks pelatih Preston North End ini sepertinya memang tak punya banyak taktik untuk diterapkan dalam sebuah permainan sepak bola.
Saat ini, hingga paruh musim 2016/2017, Moyes masih sibuk membuat Sunderland keluar dari zona degradasi. Memainkan 19 laga, Moyes hanya bisa membawa the Black Cats mengumpulkan 14 angka. Alhasil, Sunderland pun cuma terpisah dua poin dari posisi juru kunci klasemen, Swansea City.
Moyes beralasan, dia merasa tak punya waktu banyak untuk meramu tim karena datang saat pramusim segera berakhir. "Saya marah dengan situasi ini, tapi saya memang kekurangan waktu membangun tim," kata dia dikutip dari Express, Ahad (1/1).
Meski demikian, Moyes tetap sadar dengan realita yang kini dialami Sunderland. Dia pun mengaku pasrah dengan situasi saat ini. "Iya saya tahu kini kami ada di peringkat ketiga terbawah, untuk itu anda bisa mempertanyakan mengenai masa depan saya di sini," kata Moyes.
Tanda-tanda Moyes akan dipecat lagi untuk ketiga kalinya dalam karier kepelatihan tiga tahun terakhirnya sudah terlihat pada laga Sunderland, Sabtu (31/12). Pada laga di pengujung 2016 ini, Jermain Defoe dan kawan-kawan babak belur dihajar 1-4 oleh tim promosi, Burnley. Para pendukung tim Burnley yang saat itu bertindak sebagai tuan rumah lalu meneriakkan yel-yel sindiran bagi Moyes. "Hey kau (Moyes), kau akan dipecat besok pagi," teriak puluhan ribu pendukung Burnley saat itu.
Melihat kiprah Moyes hingga saat ini, rasanya tak salah MU memutuskan untuk berpisah dengan pelatih bernama lengkap David William Moyes itu 2014 silam. Tak mengherankan pula, banyak pendukung United yang tidak pernah menganggap Moyes sebagai bagian dari sejarah MU. Hingga sekarang, Moyes dilabeli sebagai 'The Wrong One' oleh segenap fan garis keras United.