REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Komisi Penanggulangan AIDS Kota Sukabumi, Jawa Barat menemukan 11 pelajar, tercatat sebagai kasus baru penyebaran atau penularan HIV sepanjang Januari hingga November 2016.
"Pelajar yang ditemukan positif HIV tersebut rata-rata usia 15 hingga 20 tahun," kata Pengelola Progam KPA Kota Sukabumi, Yanti Rosdiana Parta kepada Antara di Sukabumi, Ahad (1/1).
Dari hasil Voluntary Counselling and Testing (VCT) ternyata pelajar yang tertular HIV tersebut karena pergaulan yang tidak sehat seperti menggunakan narkoba suntik maupun kerap gonta-ganti pasangan.
Namun, dari hasil pendataan yang dilakukan pihaknya hanya tiga pelajar yang asal warga Kota Sukabumi, sisanya berasal dari luar daerah. Biasanya, mereka tersebut tinggal pada rumah sewa (kos) di kota ini terkait melanjutkan pendidikannya.
Adanya pelajar terinveksi HIV ini terkait pergaulan bebas yang tidak ada batasan, sehingga mereka terjerumus akibatnya tertular penyakit yang merusak sistem imun atau kekebalan manusia.
"Kesehatan pelajar tersebut terus kami pantau dan jangan sampai penggunaan ARV nya terputus untuk menekan perkembangan virus dalam tubuhnya," tambahnya.
Sementara itu, tiga waria di Kota Sukabumi, Jawa Barat, dalam kurun waktu dari Januari hingga Desember 2016 meninggal karena mengidap Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang sudah masuk stadium III dan IV.
"Ketiga waria tersebut memang telat dalam mendapatkan penanganan karena baru terungkap terinveksi HIV setelah sudah berstatus AIDS," kata Yanti.
Menurutnya, dari hasil pemeriksaan kesehatan, ketiga waria tersebut sudah terinveksi penyakit penyerta lainnya seperti TBC dan lain-lain. Bahkan daya tahan tubuhnya pun sudah sangat rendah sehingga mudah terserang berbagai penyakit.
Waria merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi yang rawan tertular HIV. Dalam beberapa tahun terakhir ini tren penyebaran atau penularan penyakit yang belum ada obatnya ini melalui hubungan seks tidak sehat seperti waria, lelaki seks lelaki (LSL), dan ibu rumah tangga.
Selain itu, banyak di antara waria yang sudah terpapar HIV putus menggunakan ARV (Antiretroviral), padahal obat ini wajib dikonsumsi oleh setiap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk menekan pertumbuhan virus yang menggerogoti daya tahan tubuh si penderita.
"Untuk menekan angka penyebaran HIV di kalangan waria ini kami kerap melakukan berbagai sosialisasi dan progam pencegahan. Juga memberikan pelatihan kepada waria agar tidak lagi turun ke jalan, tetapi membuka usaha sendiri seperti salon, berdagang dan lain-lain," tambahnya.