REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendayagunaan dana sosial keagamaan, terutama zakat, di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pusat sepanjang 2016, terbilang memuaskan. Sebab, selain peningkatan penghimpunan, pendayaguaannya pun menjangkau lebih dari target.
Direkrtur Amil Zakat Nasional Baznas Pusat M Arifin Purwakananta mengatakan, total penghimpunan dana sosial keagamaan di Baznas Pusat mencapai Rp 110 miliar sepanjang 2016, meningkat 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan penghimpunan terjadi karena ada peningkatan penghimpunan di UPZ dan zakat hasil usaha perusahaan (zakat korporasi).
Dari dana sosial keagamaan Rp 110 miliar yang dihimpun Baznas Pusat, komposisi zakat masih yang terbesar disusul infak. Sumber zakat terbesar juga masih dari zakat individu sekitat 40 persen. ''Yang pasti, tahun ini terjadi peningkatan zakat korporasi antara lain dari Wardah dan sebuah BPR Syariah,'' kata Arifin, Senin (2/1).
Target pertumbuhan penghimpunan 2016 di Baznas Pusat sebenarnya sebesar 30 persen. Namun dengan pencapaian ini, Baznas Pusat bersyukur karena penghimpunan zakat masih naik meski pertumbuhan ekonomi masih belum seperti harapan.
Di sisi pendayagunaan, pendayagunaan dana sosial keagamaan mencapai 86 persen dari Rp 110 miliar yang dihimpun. 14 persen sisanya adalah untuk operasional dan pencadangan tahun depan. Melihat dari rasio pendayaguaan terhadap penghimpunan pada 2016, kategorinya adalah sangat efektif.
''Ini menggembirakan dan Baznas Pusat berharap bisa jadi contoh agar tiap tahun lembaga zakat pun demikian, tidak ada dana zakat mengendap dan semua didayagunakan,'' ungkap Arifin.
Mengulas kinerja 2016, Arifin mengatakan kinerja penghimpunan sudah baik dengan peningkatan 20 persen. Pun pendayagunaan yang mencapai 86 persen juga baik. Sehingga secara total semua masih sangat memuaskan.
Jumlah penerima manfaat juga meningkat karena bisa lebih dari 6.000 keluarga sepanjang 2016. Tiap tahun, zakat diharapkan bisa membantu satu persen dari total rakyat miskin yang kini jumlahnya 28 juta atau 280 ribu orang per tahun dan Baznas Pusat sendiri menargetkan bisa berkontribusi membantu 10 persennya atau 28 ribu orang.
Bila dibagi dalam keluarga, ada 6.000 keluarga yang harus dibantu per tahunnya. Pada 2016, Bazanas Pusat sudah melayani lebih dari 6.000 keluarga melalui berbagai program.
Secara agregat, penghimpunan zakat nasional pada 2016 diharapkan bisa mencapai Rp 5 triliun. Arifin menyebut data kolektif belum terkumpul sehingga belum ada angka pasti. Tapi, estimasi penghimpunan agregat zakat nasional pada 2016 sudah lebih dari 85 persen namun belum mencapai Rp 5 triliun. Meski begitu, ini sudah bagus. Apalagi target agregat penghimpunan zakat nasional memang meningkat dari Rp 3,7 triliun pada 2015 menjadi Rp 5 triliun pada 2016.
Pada 2017, Baznas Pusat menargetkan makin banyak korporasi yang berzakat. Ada dua strategi utama yang ingin BAZNAS Pusat lakukan.
Pertama, pengembangan pelayanan UPZ. UPZ adalah layanan penghimpunan bagi komunitas seperti perkantoran atau kelompok masyarakat. Ini adalah upaya untuk menjaring zakat dari komunitas.
Selain itu, Baznas Pusat juga akan mengintensifkan zakat ritel. Karena itu ada dua divisi penghimpunan yang dibuat, penghimpunan UPZ dan ritel.
Kedua, strategi pendayagunaan. Baznas Pusat melahirkan beberapa lembaga untuk mengokohkan pendayagunaan zakat untuk mengentaskan kemiskinan secara terpadu. Lembaga dan program yang ada terbagi atas kelompok sosial seperti Rumah Sehat Baznas lembaga pendidikan dan pesantren, dan bantuan tanggap bencana.
Juga kelompok penguatan ekonomi yakni lembaga keuangan mikro Baznas, pusat inkubasi usaha kecil, dan sekolah kewirausahaan yang intinya berfungsi untuk mengangkat harkat para mustahik. Terakhir adalah kelompok advokasi seperti Mualaf Center dan jaringan dakwah Baznas.
2017 Baznas Pusat berharap bisa menghimpun dana zakat sebesar Rp 240 miliar yang bersumber dari penghimpunan UPZ yang diharapkan meningkat hingga 300 persen, ritel meningkat 30 persen, dan CSR yang diharapkan meningkat 100 persen.
Sementara target agregat zakat nasional pada 2017 sebesar Rp 6 triliun. Target ini terbilang optimistis karena memang potensi zakat masih besar dan penghimpunan saat ini masih sangat kecil.