REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura memperkirakan nilai kerugian para petani akibat banjir bandang yang menerjang empat kecamatan mencapai Rp 34,4 miliar karena rusaknya tanaman pangan dan hortikultura.
"Laporan perkiraan kerugian petani akibat banjir bandang tersebut sudah kami terima dari Pemerintah Kabupaten Bima," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Barat (NTB) Husnul Fauzi di Mataram, Senin (2/1).
Banjir bandang menerjang lima kecamatan di Kota Bima, dan empat kecamatan di Kabupaten Bima, pada 21 Desember 2016. Khusus di Kabupaten Bima, banjir bandang terjadi di Kecamatan Sape, Wawo, Wera dan Ambalawi. Husnul menyebutkan, kerugian yang mencapai Rp 34,4 miliar tersebut terdiri atas kerugian akibat tanaman padi yang terendam banjir seluas 714,5 hektare (ha) sebesar Rp 7,7 miliar. Rinciannya rusak ringan 366 ha dan rusak berat (mengarah ke puso) 384,5 ha.
Selain itu, luas lahan tanaman jagung rusak berat mencapai 177,5 ha dengan nilai kerugian mencapai Rp3,35 miliar dan lahan tanaman bawang merah rusak berat seluas 41,5 ha dengan nilai kerugian Rp23,3 miliar. Ada juga lahan tanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat terendam banjir tetapi masih dalam proses pendataan. "Kerugian terbesar lebih banyak di tanaman bawang merah. Terlebih harga komoditas tersebut saat ini cukup bagus," ujarnya.
Untuk kerugian petani di Kota Bima, Husnul mengaku belum bisa memprediksi karena Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Bima, hanya mengirimkan data luas lahan tanaman padi yang rusak akibat banjir bandang yang melanda daerah itu pada 21 dan 23 Desember 2016. Luas lahan padi yang terdampak banjir bandang di Kota Bima, mencapai 725 ha, terdiri atas tanaman padi yang sudah tumbuh kemudian mengalami rusak berat seluas 21 ha dan puso (gagal panen) 416 ha.
Selain itu, tanaman padi yang rusak berat dalam kondisi persemaian seluas 277 ha dan puso 11 ha.
Lahan padi yang mengalami kerusakan akibat banjir menyebar di Kecamatan Rasanae Timur, Raba, Mpunda, dan Asakota. Sedangkan di Rasanae Barat tidak ada laporan kerusakan. "Lahan tanam padi yang paling parah terbesar di Kecamatan Rasane Timur, seluas 347 ha," kata Husnul menyebutkan.
Ia menegaskan, seluruh lahan tanaman padi, jagung, kedelai dan bawang merah di Kabupaten Bima, dan Kota Bima, yang rusak akibat banjir tidak mendapatkan asuransi. Sebab, pemerintah daerah setempat tidak mendaftarkannya, meskipun ada program asuransi 40.000 ha sawah dari Kementerian Pertanian untuk NTB.
Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi NTB menyurati Kementerian Pertanian agar mengganti kerugian yang dialami petani melalui program pemberian bantuan benih dan perbaikan irigasi yang rusak. "Kami sudah laporkan ke pusat. Tinggal menunggu apa program yang diberikan sebagai pengganti kerugian petani," kata Husnul.