Selasa 03 Jan 2017 15:18 WIB

Pemahaman Agama tak Utuh Picu Intoleransi

Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat A Buchori mengatakan pemahaman ajaran agama yang tidak utuh berpotensi merusak kerukunan umat beragama di Tanah Air atau intoleransi. "Selain itu, pemahaman agama yang tak utuh juga bisa mengikis toleransi antarumat beragama, pemahaman agama yang setengah-setengah inipun menjadi penyebab lahirnya ekstrimisme," kata A Buchori disela-sela Peringatan Hari Amal Bakti ke-71 Kementerian Agama tingkat Provinsi Jawa Barat di Bandung, Selasa (3/1).

Dia mengatakan, berbagai kasus intoleransi yang terjadi akibat adanya pemahaman yang salah tentang ajaran agama dan hal ini terjadi karena banyak individu yang tidak belajar agama secara utuh dan benar. "Prinsipnya, seluruh agama yang ada mengajarkan hal-hal positif yang mampu membangun kebersamaan. Tidak ada agama yang mengajarkan berantem, permusuhan, intoleransi. Ketika ada intoleransi, berarti ada benang merah yang terputus," kata dia.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta seluruh masyarakat agar mempelajari agama secara benar dan utuh agar tidak salah tafsir dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. "Jangan sampai dipahaminya sebagian-sebagian. Ketika agama dipahami sebagian, maka tentunya sebagian-sebagian pula yang bisa dilakukan," katanya.

Oleh karena itu, kata Wagub Jabar, tokoh agama memiliki peranan penting dalam menjaga keutuhan nilai-nilai agama yang ada di masyarakat karena nilai-nilai agama bisa tersampaikan ke masyarakat salah satunya melalui tokoh agama. Selain itu, lanjut dia, keberadaan penyuluh dari Kemenag pun diharapkan mampu menyampaikan nilai-nilai agama secara utuh dan benar. "Penyuluh mudah-mudahan itu jadi garda terdepan. Keberadaannya sangat dibutuhkan," katanya.

Menurut dia, semua pihak memiliki peranan penting dalam menjaga kerukunan umat beragama, terlebih, keberadaan penyuluh keagamaan masih dirasa kurang. "Enggak hanya penyuluh saja. Ini juga membutuhkan peran dari yang lain," katanya.

Deddy mengatakan, nilai-nilai agama menjadi faktor yang mampu mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan, menurutnya nilai-nilai agama ini menjadi dasar kehidupan bernegara di Indonesia. "Sebagian peraturan di kita pun diambil dari peraturan agama.Oleh karena itu keberadaan agama tidak bisa dilepaskan dari kehidupan bernegara," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement