REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah seorang yang sangat merasakan kehilangan atas wafatnya wartawan senior Republika, Damanhuri Zuhri, adalah Dr Mukhlis M Hanafi MA.
Begitu mendapat informasi Damanhuri wafat pada Senin (2/1) bakda Subuh, alumnus al-Azhar University Kairo, Mesir, dan Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran itu langsung berangkat dari rumahnya di Bekasi, Jawa Barat, menuju rumah duka di Kampung Tulang Kuning, Dewa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Beruntung lalu lintas lancar, sehingga ia bisa tiba dengan cepat di rumah almarhum. Tiba di rumah duka, Mukhlis tak kuasa menahan kesedihannya. Ia duduk bersimpuh di depan jenazah almarhum sambil membacakan doa. Matanya sembap. Di mata Mukhlis, Damanhuri bukan wartawan biasa.
“Damanhuri adalah penyambung lidah ulama. Banyak pemikiran ulama, termasuk pemikiran saya, sampai kepada masyarakat, berkat tulisan beliau,” kata doktor ilmu tafsir itu kepada Republika.co.id, Senin.
Menurut Mukhlis, Damanhuri adalah seorang mujahid. “Damanhuri adalah mujahid dakwah dengan pena,” ujar sekjen Ikatan Alumni al-Azhar Indonesia (IAAI) itu.
Salah satu hal yang selalu diingat oleh Mukhlis adalah Damanhuri kerap menghubungi dia untuk menanyakan apakah ada berita baru yang bisa ditulis. “Beliau sering kali tanya saya, ‘Ustaz, ada berita apa?’ Sering saya bilang, ini ada acara, tapi acara biasa saja. Namun, dengan bersemangat beliau mengatakan, ‘Ini berita penting, Ustaz’. Beliau sungguh luar biasa,” ujar Mukhlis.
Dia mengungkapkan, Damanhuri terakhir kali datang ke kantornya di Kementerian Agama Jakarta, Selasa (20/12) 2016 lalu. “Beliau datang ingin minta tanggapan saya tentang terjemahan Alquran bahasa daerah yang baru diluncurkan Kemenag. Dari kantor saya, beliau kemudian menuju Bekasi, tempat Ustaz Fadlan Garamatan,” kata Mukhlis M Hanafi.