REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah laporan terkait alasan utama penundaan kerja sama militer Indonesia dan Australia bermunculan. Hingga saat ini, Kamis (5/1), belum ada yang dikonfirmasi oleh militer kedua negara.
Menurut Guardian Australia, isu ini berembus saat seorang anggota Kopassus di basis militer Perth, Australia merasa ada materi yang melecehkan Indonesia. Menurut situs berita Australia, 9news, ada poster yang memuat Pancasila namun menyebutnya Pancagila.
Selain itu, ada materi yang menyebut soal okupasi militer di Papua Barat. Laporan menyebut pasukan keamanan Indonesia, termasuk Kopassus telah membunuh banyak orang di Papua Barat sejak 1969.
Indonesia juga disebut melakukan pelanggaran HAM di Timor Timur. Sydney Morning Herald juga mengutip pernyataan Direktur Eksekutif Institute for Defence, Security and Peace Studies di Indonesia, Mufti Makarim pada Fairfax Media.
Baca:
Masa Depan Latihan Gabungan Indonesia-Australia Belum Jelas
Australia Bantah Rekrut Tentara Indonesia
Mufti mengatakan ada pesan yang menyebar di aplikasi pesan Whatsapp yang menyebut permohonan penyelidikan kasus ini pada 9 Desember. Menurut pesan yang belum dikonfirmasi ini, anggota Kopassus menemukan materi ofensif di kelas pelatihan, termasuk tentang pemimpin militer Indonesia, Sarwo Edhie Wibowo yang disebut sebagai pembunuh massal.
Juga soal anggota TNI yang membunuh temannya saat mabuk. "Setelah anggota ini pulang ke Indonesia, ia langsung melapor," kata pesan tersebut.
Mufti berharap ini bukan sikap Australia yang tidak menghormati militer Indonesia, melainkan karena kurangnya bahan ajar juga pengetahuan. Dilansir kantor berita Australia News.au, Menteri Pertahanan Australia Marise Payne mengatakan sedang melakukan penyelidikan atas kasus ini. Komunikasi antara kedua negara juga terus berlanjut.
Sementara itu, semua interaksi militer ditangguhkan hingga masalah ini diselesaikan. "Australia berkomitmen membangun hubungan pertahanan yang kuat dengan Indonesia, termasuk dalam latihan bersama," kata Payne.
Ia berjanji bekerja sama dengan Indonesia untuk mengembalikan hubungan secepatnya. Insiden kali ini bukan kali pertama. Australia pernah menghentikan latihan dengan unit Kopassus Indonesia karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur pada 1999. Hubungan membaik beberapa tahun kemudian.
Pada 2013, Indonesia menangguhkan latihan juga karena tuduhan Australia melakukan pengintaian dan penyadapan telepon. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan orang-orang terdekatnya menjadi sasaran. Hubungan pulih pada 2014.