REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo ingin agar infrastruktur irigasi di Jatim segera dibenahi. Sebab, irigasi yang baik akan meningkatkan hasil pertanian dan meningkatkan indeks pertanaman di Jatim.
"Prioritas utama pembangunan pertanian di Jatim adalah memperbaiki infrastruktur pendukung yang sudah ada, bukan membangun yang baru," kata Pakdhe Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim, dalam Diskusi Kebijakan Pemerintah dengan Akademisi dan Kepala Daerah di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya Malang, Kamis (5/1).
Berdasarkan data Pemprov Jatim, saat ini luas baku sawah beririgasi sebesar 934.376 hektare. Sedangkan di Jatim terdapat tujuh sungai dan 475 bendungan. Ketersediaan air di Jatim sebesar 19,5 miliar kubik sementara kebutuhan air sebesar 22 milyar kubik. Dengan kondisi demikian, saat ini Jatim mengalami defisit neraca air sebesar 2,5 miliar kubik.
Menurutnya manajemen pengairan dalam pertanian sangat penting. Ia mencontohkan perlunya pembenahan di Sungai Bengawan Solo. "Tentunya wilayah-wilayah di sekitarnya yang mengalami masalah kekeringan seperti Madiun, Ponorogo, Ngawi, Magetan, Bojonegoro, Lamongan, hingga Gresik akan terkena dampaknya dan hasil pertanian akan meningkat,” kata dia.
Pemanfaatan fungsi irigasi di Jatim salah satunya dengan mengoptimalkan peran bendungan. Namun di sisi lain, saat ini terdapat 192 bendungan rusak dari keseluruhan 475 bendungan di seluruh Jatim. Untuk memperbaiki 192 bendungan tersebut dibutuhkan dana sebesar Rp 345 miliar.
“Karena itu, kami usul kepada menteri agar memprioritaskan perbaikan 192 bendungan tersebut, bukan membangun bendungan baru," kata Pakdhe Karwo.