REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) mempunyai cara khusus untuk mengatasi kurangnya produksi akibat cuaca buruk. Hal tersebut diyakini mampu menjaga jumlah produksi cabai dan bawang merah yang selama ini menjadi penyebab inflasi di tanah air.
Kepala Balitbangtan Muhammad Syakir mengatatakan pihaknya telah mengembangkan suatu varietas cabai dan bawang merah amfibi yang memiliki ketahanan tinggi terhadap cuaca buruk. Sebab, pada saat hujan, hama biotik yang menyerang kedua komoditas tersebut juga cukup tinggi sementara varietas ini jauh lebih tahan hama dibanding varietas lainnya.
"Itu yang kita rekomendasikan pertama," ujarnya saat ditemui di Gedung Balitbangtan Jakarta, Jumat (6/1).
Produktivitasnya, menurut Syakir, cukup tinggi mampu mencapi 24 ton per hektare. Meski jika intensitas hujan teramat berat produktivitas hanya sekitar 18 ton per hektare.
Daerah-daerah di Indonesia memiliki ekosistem yang bebreda, maksudnya terjadinya hujan tidak sama di seluruh wilayah. Dengan begitu, wilayah yang diguyur hukan tetap mampu memproduksi cabai dengan varietas amfibi sementara daerah lain tetap memproduksi cabai biasa. "Sehingga secara nasional ada supply sepanjang tahun," ujar dia.
Varietas amfibi ini diakui Syakir tidak memiliki perbedaan rasa denga cabai biasa yang selama ini banyak di masyarakat. Namun dibutuhkan teknologi untuk mendukung potensi genetik amfibi-nya agar bisa beradaptasi berupa pengolahan tanah. Petani harus meningkatkan bahan organik tanah dengan penggunaan pupuk organik atau biodekomposer.
Ia menambahkan, semua bibit amfibi merupakan hasil produksi dalam negeri yang dilepas oleh Balitbangtan. Masyarakat tidak perlu khawatir terkait harga karena harga cabai maupun bawang merah amfibi ini tidak berbeda dengan cabai dan bawang merah biasa. Saat ini varietas tersebut sudah ada di Jawa Barat, Sulawesi dan Jawa Timur. Ke depannya, penyebaran cabai dan bawang merah amfibi akan terus dilakukan termasuk teknologi perawatan varietas tersebut.
"Yang namanya teknologi kan memerlukan waktu untuk sosialisasi," lanjut dia.
Mengingat sifat dua komoditas tersebut yang mudah rusak, Syakir menekankan pentingnya kemandirian cabai dan bawang merah secara regional. Selain itu, ada teknologi penyimpanan yang telah dimiliki Balitbangtan untuk menambah waktu simpan komoditas cabai dan bawang merah.
"Tim Litbang mengembangkan sistem baru hydro drier yang dapat menyimpan dalam 6 bulan," kata dia.
Adapula teknologi lain yaitu pengolahan bawang merah yang disimpan secara vacum, pengolahan menjadi tepung bawang merah, bawang merah dalam bentuk cair, pasta dan lain sebagainya untuk mengantisipasi perubahan-perubahan selera dari masyarakat.