REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Intelejen Amerika Serikat, CIA, menyatakan telah mengantongi nama pejabat Rusia yang memasok bocoran informasi yang dicuri dari Democratic National Committe (DNC) kepada Wikileaks. CIA menyebutkan, pejabat Rusia ini mendapat perintah langsung dari Presiden Rusia Vladimir Putin melalui pihak ketiga.
Sumber dari dalam CIA, seperti dilaporkan Reuters, menyatakan bahwa mereka meyakini pemerintah Rusia terlibat dalam upaya pendiskreditan proses pemilihan presiden di AS, sekaligus memenangkan Donald Trump sebagai presiden terpilih. Temuan CIA ini nantinya akan disampaikan kepada Presiden AS Barack Obama sebelum akhirnya disampaikan kepada Trump.
Trump menolak hasil temuan komunitas intelejen terkait adanya serangan cyber saat pilpres untuk melemahkan saingannya dari Demokrat yakni Hillary Clinton. "Sejak Oktober, jelas bahwa Rusia berupaya membantu kampanye Trump," ujar salah satu sumber CIA, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/1).
Dalam beberapa kasus, lanjut sumber CIA, materi yang dibocorkan oleh pejabat Rusia kepada Wikileaks disebut "jalan memutar" yang berasal dari Badan Intelejen Militer Rusia. Taktik ini ini mereka jalankan agar rembesan informasi sulit terlacak. Praktik ini konon umum dilakukan oleh badan intelejen termasuk oleh badan intelejen di AS.
Dengan cara ini, maka pendiri Wikilieaks, Julian Assange punya dalih untuk tak menyebut pejabat di pemerintahan Rusia sebagai sumber informasinya. Dalam sebuah wawancara untuk Fox News pekan ini, Assange juga mengatakan bahwa ia tak menerima email yang dicuri dari DNC dan penasehat kampanye Hillary yaitu John Podesta. Assange tetap teguh mengatakan, sumber informasi yang ia dapat merupakan pihak ketiga.
Bahkan, dalam detil laporan inetelejen AS disebutkan bahwa Rusia berencana melakukan serangan siber lebih dalam lagi selama kampanye pilpres akhir tahun lalu. Laporan yang diumumkan CIA ini berisikan beberapa petunjuk berupa catatan kaki kecil tentang pertanyaan terbuka yang mendukung barang bukti tentang bocornya informasi kampanye Hillary ini.
Salah satu contohnya adalah pesan silang dan percakapan antara pejabat senior Rusia yang berada di dalam lingkaran kekuasaan Putin. Para pejabat di lingkungan Presiden Rusia ini diketahui gencar melakukan kampanye soal pembajakan dan merayakan kemenangan Trump.
"Orang-orang tentu paham kalau perayaan yang mereka lakukan untuk (Pilpres) AS," ujar satu sumber yang lagi-lagi dirahasiakan.
Sementara Trump menyatakan keraguan atas tuduhan Rusia di balik peretasan sistem pemilu AS untuk membantunya. Ia mengatakan, laporan Wikileaks tidak menyatakan demikian. Trump kembali mempertanyakan temuan lembaga intelijen AS dalam akun Twitter-nya. Kali ini, ia menghubungkannya dengan temuan Wikileaks.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah besar dokumen surel mereka bocor dan dipublikasikan di Wikileaks. Trump juga mengutip pernyataan Assange kepada Fox News bahwa peliputan media AS selama ini sangat tidak jujur.