REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arsitek Ustmaniyah, Mimar Sinan merancang banyak bangunan istana. Bangunan istana Sultan menunjukkan arsitektur tersendiri pula.
Corak hias istana ini berdasarkan pola dasar ornamen arabesk (motif daun, cabang, dan pohon) dengan ditambah pola hiasan geometris yang berlatar belakang marmer atau tegel-tegel berwarna. Sementara dinding pada ruang tertentu dilapisi emas. Dalam ruang istana terdapat lukisan-lukisan yang menggambarkan makhluk hidup yang kadang-kadang dilukiskan dalam bentuk relief.
Corak arsitektur seperti ini bisa dijumpai pada bangunan istana Topkapi, yang merupakan tempat kediaman resmi raja-raja Turki Usmani selama hampir empat abad dari tahun 1465 hingga 1839. Sejarah mencatat, sekitar 24 sultan dari Dinasti Turki Usmani pernah mendiami istana Topkapi. Di samping bangunan istana, di dalam kompleks Topkapi juga terdapat rumah sederhana namun apik bagi hareem sang khalifah.
Selain sebagai tempat kediaman sultan, istana Topkapi juga merupakan pusat pemerintahan Turki pada masa lalu. Namun, setelah Sultan Mahmud II meninggal, penguasa yang menggantikannya, Sultan Abdul Mejid I, lebih memilih tinggal di istana bergaya Eropa yang pada masa itu banyak dibangun.
Salah satunya adalah Istana Dolmabahce yang dibangun di tepi Sungai Bosphorus. Karenanya, sejak 1835, khalifah Dinasti Usmaniyah tidak lagi mendiam Topkapi, tetapi pindah ke Dolmabahce yang berarsitektur lebih modern dan mewah.