Sabtu 07 Jan 2017 20:11 WIB

Aktivis Literasi Perempuan Yaman Ditembak Mati

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Aktivis Perempuan Yaman dan pemenang Nobel Perdamaian 2011, Tawakul Karman. (Ilustrasi)
Foto: Alarabiya
Aktivis Perempuan Yaman dan pemenang Nobel Perdamaian 2011, Tawakul Karman. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TAIZ - Seorang aktivis perempuan, Amat al-Aleem al-Asbahi, ditembak mati oleh dua pengendara sepeda motor di Kota Taiz, Yaman. Ia dibunuh dari jarak dekat saat sedang berjalan kaki di pusat kota.

Asbahi yang berusia sekitar 30 tahun, selama ini, giat melakukan kampanye literasi untuk perempuan di negaranya yang sedang dilanda perang. Kegiatan itu mengharuskan dia untuk banyak melakukan interaksi di luar rumah.

Asbahi juga dilaporkan memiliki keterkaitan dengan gubernur pemberontak pro-Houthi dari kota Abdu al-Ganadi. Klaim mengarahkan, Asbahi dibunuh karena hubungan itu dan karena pekerjaannya sebagai aktivis.

Aktivis kemanusiaan di Taiz banyak menjadi korban serangan orang tak dikenal. Hal itu diakui oleh Shatha Nageeb, seorang pekerja amal yang terpaksa berhenti bekerja. Kepada Middle East Eye, ia mengaku, terkejut melihat betapa banyak pembunuhan yang menargetkan sesama aktivis sepertinya.

"Pembunuhan Asbahi merupakan indikasi yang jelas bahwa para ekstrimis dapat membunuh wanita dengan impunitas, sehingga kita harus mengurangi pekerjaan kita dan menunda kegiatan sosial sampai akhir perang yang mengerikan ini," katanya.

Pada September lalu, ulama Islam Yaman Abdullah al-Odaini mengeluarkan fatwa yang melarang aktivis perempuan banyak berinteraksi dengan laki-laki. Fatwa tersebut membatasi kerja komunitas yang menaungi Asbahi, yang banyak memberikan bantuan kepada korban perang dan kekerasan lainnya.

Belum ada pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan Asbahi. Beberapa sumber menyalahkan kelompok Popular Resistance yang berafiliasi dengan Pemerintah Yaman. Namun, kelompok tersebut membantah segala tuduhan.

Tidak ada satupun tersangka yang telah ditangkap oleh petugas keamanan. Middle East Eye melaporkan, wartawan lokal juga tidak banyak yang memberitakan pembunuhan Asbahi karena diduga takut mendapat ancaman dari pihak pembunuh.

Yaman telah berada dalam perang saudara sejak Maret 2015, saat pemberontak Syiah Houthi yang didukung Iran mengambil alih ibukota Sanaa. Sementara di Taiz, kota terbesar ketiga di negara itu, telah terjadi pertempuran sengit sejak 2011.

Tak lama setelah perebutan Sanaa oleh Houthi, pasukan koalisi Saudi yang memimpin negara-negara Timur Tengah mulai melakukan pemboman atas permintaan pemimpin Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang melarikan diri ke Arab Saudi. PBB mengatakan, perang di Yaman telah menewaskan sedikitnya 10 ribu orang hingga saat ini.

Serangan udara pasukan koalisi dan blokade angkatan laut Yaman telah membuat warga sipil kelaparan. Lebih dari setengah dari 28 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan pangan.

Sedikitnya tiga juta orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka yang menjadi sasaran bom. Di kamp-kamp pengungsian, mereka terjangkit kolera dan memerlukan pasokan obat-obatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement