Ahad 08 Jan 2017 02:23 WIB

Pemerintah akan Koordinasi untuk Harga SSDN

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Mendag Enggartiasto, dan Menperind Airlangga Hartato membicarakan harga dasar SSDN di dalam kunjungan di Peternakan Greenfields di Wagir, Malang, Jawa Timur.
Foto: istimewa
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Mendag Enggartiasto, dan Menperind Airlangga Hartato membicarakan harga dasar SSDN di dalam kunjungan di Peternakan Greenfields di Wagir, Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito mengatakan pemerintah akan berkoordinasi untuk menentukan floor price untuk susu sapi segar dalam negeri (SSDN). Hal tersebut diungkapkan dalam kunjungannya ke peternakan PT Greenfields Indonesia bersama dengan empat menteri Kabinet Kerja lainnya.

Pernyataan tersebut muncul dari Mendag setelah sebelumnya kelima menteri mengunjungi peternak sapi perah di Pujon, Malang, Jawa Timur. "Menteri perdagangan, menteri perindustrian, dan menteri pertanian harus bersama-sama menentukan floor price untuk harga susu sapi segar dari peternak," ungkap Enggartiasto kepada Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam kesempatan tersebut. 

Ketiga menteri tesebut bersama dengan Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono dan Menkominfo Rudiantara mengunjungi peternakan sapi perah PT Greenfields Indonesia yang berlokasi di Desa Ngajum, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Beroperasi sejak 1997, Peternakan Greenfields saat ini memiliki populasi sapi sebanyak delapan ribu ekor dan merupakan peternakan sapi perah terbesar di Indonesia. Mengambil bibit sapi Holstein dari Australia dan dikembangkan secara lokal, Greenfields mampu meproduksi susu sebesar 42 juta ton susu setiap tahunnya. 

Selain mengunjungi peternakan sapi, para menteri bidang ekonomi tersebut mengkaji kebijakan wajib serap SSDN oleh industri pengolahan susu (IPS). Saat ini kebutuhan susu nasional masih tergantung oleh impor susu bubuk sebesar 82 persen. 

"Rendahnya harga SSDN di tingkat peternak menjadi penyebab utama keengganan peternak untuk memelihara sapi perah... Harga saat ini berkisar antara Rp 5.000–Rp 5.500 per liter," ujar Wakil Ketua APSPI (Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia), Heru S Prabowo. 

Menurut Heru, harga tersebut tidak mampu menutupi biaya operasional untuk pemeliharaan sapi, terutama pakan sapi perah. Harga dasar yang setidaknya dibutuhkan oleh peternak sapi perah adalah Rp 6.000. Dengan harga tersebut petani diperkirakan bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1,9 juta per bulan.

"Kalau harga RP 6.000 peternak senang, industri senang," ujar Menteri Airlangga Hartarto dalam kesempatan yang sama. “Kalau harga tinggi paling margin dari IPS (industri pengolah susu) berkurang sedikit karena hanya (wajib) menyerap 20 persen saja," lanjutnya. 

Isu lainnya yang juga diangkat dalam kunjungan tersebut yaitu mengenai pendampingan kapasitas peternak untuk memelihara dan memproduksi SSDN. "Satu ekor sapi di Greenfields saat ini bisa memproduksi sekitar 31 liter susu per hari," ujar Operation Manager Milk Sourcing Unit, Irwansah dalam keterangannya.

Jumlah produksi tersebut, lanjut dia, bisa dicapai karena sapi di Peternakan Greenfields dibuat senyaman mungkin, mulai dari kebersihan kandang, suplai pakan yang terus menerus, serta batas maksimal satu jam per hari interaksi antara sapi dengan manusia hanya selama memerah.

Jumlah produksi tersebut terhitung cukup tinggi dibandingkan produksi susu sapi oleh peternak yang hanya di kisaran 15-20 liter per hari per sapi. Angka produksi tersebut merupakan rerata jumlah produksi peternak sapi binaan Greenfields.  

Dengan jumlah total binaan sebanyak 165 peternak dengan populasi 1.100 ekor yang terdiri 700 sapi produksi dan sisanya pedet serta sapi yang tidak berproduksi mampu menghasilkan 7.000 liter susu per hari.  

"Kalau melihat peternakan Greenfields pola peternakan sapinya sudah sangat ideal, masih butuh banyak waktu untuk bisa mengejar mengembangkan peternakan seperti ini di tingkat peternak," ujar Menko Darmin Nasution.

Menyikapi kondisi tersebut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan faktor terpenting adalah edukasi dan pendampingan untuk peternak dan calon peternak. Saat ini pemerintah juga sedang menggalakkan pelatihan, terutama untuk sekolah kejuruan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement