REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan umat beragama di Indonesia. Kendati demikian, ia menilai, faktor penyebab terbesar justru datang dari luar atau eksternal, terutama sejak reformasi.
Azyumardi berpendapat pengaruh faktor eksternal tersebut meningkat dalam 10 tahun terakhir. "Kalau kita lihat 10 tahun terakhir, proses meningkatnya intoleransi karena kekacauan di negara Timur Tengah. Kita lihat orang Indonesia di ISIS, misalnya, ini motif transnasional. Transnasionalisme memengaruhi Indonesia," ujarnya, seperti dikutip laman Suara Muhammadiyah, Sabtu (7/1).
Gejolak di Timur Tengah hingga saat ini, menurut Ayzumardi, memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap munculnya intoleransi di Indonesia. "Benih intoleransi itu ternyata sampai ke Indonesia," katanya.
Ia menilai, kondisi semakin memprihatinkan ketika intoleransi juga terjadi di antara sesama umat Islam yang berbeda pemahaman atau haluan. Oleh sebab itu, terkait hal ini, sumber dan akar masalah harus dapat diselesaikan.
Selain kedua faktor tersebut, atmosfer kontestasi politik, seperti pilkada atau pilpres, memiliki pengaruh tersendiri terhadap munculnya ketidakrukunan masyarakat. "Saya kira dinamika politik, baik pilpres maupun pilkada, kerap terjadi penyalahgunaan doktrin agama. Kasus Ahok itu menimbulkan gejolak, bahkan sampai keluarga, menimbulkan permusuhan sesama Muslim," kata Azyumardi menjelaskan.
Faktor lain yang memengaruhi munculnya intoleransi, kata dia, adalah berita bohong yang bertebaran dan marak di media sosial. Sebab, berita-berita tersebut kerap menyebarkan kebencian dan permusuhan antarkelompok yang berbeda.