Ahad 08 Jan 2017 17:35 WIB

Petani Garam Gigit Jari tak Nikmati Harga Tinggi

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah petani garam mengeruk garam.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Sejumlah petani garam mengeruk garam.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga garam rakyat makin melambung. Namun, para petani garam di Kabupaten Indramayu justru harus gigit jari karena tak bisa menikmati tingginya harga tersebut.

 

Salah seorang petani garam asal Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Darmin, menyebutkan, harga garam rakyat sekarang sudah menembus Rp 1.300 per Kg. Menurutnya, harga garam saat ini merupakan yang tertinggi sejak 10 tahun terakhir.

 

"Harga garam terus naik sejak beberapa bulan terakhir ini. Harga yang sekarang ini sangat tinggi,’’ kata Darmin, akhir pekan.

 

Pada awal 2016, harga garam di tingkat petani hanya berkisar Rp 200 per Kg. Harga itu mulai naik sejak pertengahan 2016 lalu menjadi Rp 400 per Kg, kemudian Rp 600 per Kg, bersamaan dengan semakin tingginya intensitas hujan.

 

Pada Oktober 2016, harga garam sudah mencapai Rp 1.000 per Kg dan di awal 2017 harganya menembus Rp 1.300 per Kg. Harga itu sudah jauh diatas harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 750 per Kg untuk garam kualitas satu dan Rp 550 per Kg untuk garam kualitas dua.

 

Namun sayang, lanjut Darmin, para petani garam di daerahnya tak memiliki stok garam. Fenomena La Nina yang terjadi sepanjang musim kemarau 2016 lalu, membuat mereka tak bisa memproduksi garam.

 

Darmin mengungkapkan, garam seharga Rp 1.300 per Kg itupun merupakan garam yang sengaja didatangkan dari Rembang, Jateng. Garam tersebut didatangkan untuk memenuhi kebutuhan garam di daerahnya, terutama industri pembuatan ikan asin.

 

Salah seorang pelaku usaha pengolahan ikan asin, Warmin menjelaskan tingginya harga dan langkanya stok garam membuat usahanya terancam bangkrut. Pasalnya, dengan kebutuhan garam mencapai dua kuintal per hari, modal untuk membeli garam menjadi naik hampir 10 kali lipat dari biasanya.

 

‘’Belum lagi upah kerja di saat musim penghujan juga naik berlipat-lipat,’’ ujar Warmin.

 

Di saat musim kemarau, pengeringan ikan biasanya hanya membutuhkan waktu selama dua hari. Namun, selama berlangsungnya fenomena La Nina yang membuat hujan turun hampir sepanjang tahun, pengeringan ikan membutuhkan waktu empat sampai lima hari.

 

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu AR Hakim mengakui produksi garam di Kabupaten Indramayu pada 2016 hanya 1.510 ton. Produksi itu jauh berkurang dibandingkan produksi garam pada 2015 yang mencapai 375 ribu ton.

 

"Saat 2015, kondisi cuaca kemarau panjang sehingga produksi garam jadi bagus. Sedangkan pada 2016, cuacanya hujan terus sehingga membuat produksi garam menjadi terkendala,’’ ujar Hakim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement