REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaab bin Malik merupakan sosok penyair yang berasal dari Bani Sawad. Dalam kitab Shuwar min Siyar ash-Shahabiyyat (2015) karya Abdul Hamid as-Suhaibani disebutkan kisah masuk Islamnya Kaab.
Dia termasuk yang paling awal memeluk risalah Rasulullah SAW ini. Pada saat itu, baru sekitar 40 orang Muslim di Yastrib. Nabi Muhammad SAW pun belum berhijrah ke kota tersebut dari Makkah.
Bersama kalangan Muslim perintis ini, Ka'ab bin Malik mendirikan shalat Jumat pertama di Yastrib, tepatnya di Hazam an-Nabit dari bukit Bani Bayadhah.
Saat peristiwa Baiat Aqabah Kedua, Kaab bin Malik berangkat ke Makkah bersama dengan 74 penduduk Madinah. Sesampainya di sana, mereka pun bertemu dengan Nabi SAW dan mengucapkan janji setia kepada Rasul.
Sesudah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah, kelompok kafir Quraisy masih mengganggu keamanan. Puncaknya, Perang Badar pun terjadi dan Allah memberikan kemenangan atas kaum Muslimin.
Kaab bin Malik tidak sempat mengikuti peperangan ini, sebagaimana dengan sejumlah sahabat Nabi SAW lainnya. Penyebabnya bukanlah kesengajaan, melainkan mereka tidak menyangka bakal pecahnya pertempuran. Awalnya, mereka mengira kaum Muslimin hanya akan mencegat kafilah dagang kaum kafir Quraisy.
Kaab berkata, Aku tidak ikut dalam Perang Badar, dan Rasulullah tidak menyalahkan siapa pun yang tidak ikut, karena pada dasarnya Rasulullah berangkat untuk mencegat kafilah dagang Quraisy. Namun, akhirnya Allah mempertemukan kaum Muslimin dengan musuh mereka.
Kaab hidup hingga zaman Muawiyah bin Abu Sufyan berkuasa. Ia wafat pada 50 Hijiriyah dalam usia 77 tahun.