REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, tahap selanjutnya perang Suriah setelah pembebasan Kota Aleppo takkan mudah mengingat dukungan Barat yang berlanjut untuk kelompok gerilyawan. "Negara Barat serta antek dan alat mereka di wilayah ini melanjutkan dukungan buat organisasi pelaku teror," kata Bashar seperti dilansir kantor berita resmi Suriah, SANA, Ahad (8/1).
Bashar mengatakan, perebutan kembali seluruh Kota Aleppo dari kelompok gerilyawan merupakan 'kesempatan penting menuju kemenangan dalam perang yang dihadapi oleh Suriah. Pernyataan Bashar dikeluarkan selama pertemuannya dengan Ketua Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani.
"Suriah, dengan bantuan dari teman-temannya seperti Iran dan Rusia, bergerak maju dalam melakukan apa pun yang dikerjakannya untuk menyediakan pijakan yang cocok untuk menemukan penyelesaian. Melalui itu, rakyat Suriah dapat menetapkan masa depan negara mereka tanpa campur tangan negara asing," kata Bashar kepada Shamkhani, Senin pagi (9/1).
Menurut Shamkhani, negaranya takkan menyiar-nyiakan upaya untuk mendukung Suriah dan menggagalkan setiap rancangan pelaku teror dan pendukungnya. Sebab, kontra-teror adalah masalah penting bukan hanya buat Suriah tapi juga seluruh negara regional.
Iran, sekutu utama regional bagi Pemerintah Suriah, belum lama ini telah memperkuat keterlibatan diplomatiknya di Suriah, saat Alaeddin Boroujerdi, pemimpin Komisi Keamanan Nasional di Parlemen Iran, mengunjungi Damaskus pekan lalu. Pada masa yang sama, para pejabat Kementerian Luar Negeri Suriah mengunjungi Teheran. Upaya diplomatik ulang-alik tersebut tampaknya bertujuan mengkoordinasikan pendirian antara kedua negara sebelum pembicaraan perdamaian Suriah, yang direncanakan Turki-Rusia, di Astana pada penghujung Januari.
Selama kunjungan terakhirnya ke Suriah, Boroujerdi mengatakan Iran mendukung pembicaraan mendatang Suriah di Astana, Kazakhstan, yang diperkirakan, untuk pertama kali, mempertemukan wakil dari Pemerintah Suriah dan gerilyawan. Beberapa pembicaraan terdahulu di Jenewa gagal setelah dihadiri oleh wakil Pemerintah Suriah dan oposisi politik di pengasingan.