REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Penerbitan sukuk pada 2016 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015. Namun, angka kenaikan terbitan sukuk tersebut tidak lebih besar dari penerbitan obligasi konvensional di pasar saham dunia.
Global Head of Finance Islamic, Khalid Howladar mengatakan pasar sukuk tahun 2017 harus membaik dengan didukung dengan likuiditas dan penerbitan sukuk global. Islamic Finance mencatat, penerbitan sukuk global naik 2,2 persen dibandingkan tahun 2015. Tercatat, penerbitan sukuk pada 2016, mencapai 77,1 miliar dolar AS. Sebelumnya, pada 2015 tercatat 75,4 miliar dolar AS.
"Namun peningkatan ini lebih kecil dibandingkan peningkatan pada 2014 ke 2015 yang mencapai 5,5 persen. Hal ini dikarenakan perlambatan pertumbuhan sukuk penerbitan Malaysia. Malaysia hanya menerbitkan sukuk sebesar 28,2 pada 2016 sedangkan pada tahun sebelumnya malaysia menerbitkan sekitar 34,4 miliar dolar AS," ujar Khalid seperti dilansir dari Gulfnews, Ahad (8/1).
Keputusan bank sentral Malaysia untuk menghentikan penerbitan jangka pendek, dalam hubungannya dengan menantang kondisi pasar yang sedang berkembang dan negara-negara Teluk fokus pada investor internasional, telah menyebabkan volume penerbitan global menurun.
Malaysia terus mendominasi pasar sukuk sebesar 38 persen dari total penerbitan sukuk global pada 2016. Kemudian disusul oleh Indonesia yang menguasai 27 persen pasar sukuk global dan Kepulauan Cayman 12 persen. Meskipun dorongan signifikan oleh negara-negara GCC untuk mempromosikan sukuk, wilayah keseluruhan menyumbang sebagian kecil dari pasar sukuk global yang menyumbang 7 persen pada tahun 2016, lebih rendah dari 10 persen saham selama 2015.
Korporasi mendominasi pasar sukuk selama 2016 dengan pangsa pasar bahkan lebih tinggi dari total pasar sukuk sepanjang tahun. Total penerbitan sukuk oleh korporat pada 2016 mencapai 50,4 miliar dolar AS atau 65 persen dari total jumlah yang diterbitkan pada 2016.
Sementara emisi obligasi syariah Sovereign pada 2016 menurun 17,8 persen atau hanya mencapai 26,6 miliar dolar AS. Penurunan ini dikarenakan pergeseran dalam preferensi dukungan terhadap emisi obligasi konvensional.