REPUBLIKA.CO.ID, RWANDA -- Seorang Mufti di Republik Rwanda, Sheikh Salim Hitimana menyeru seluruh komunitas Muslim di wilayah ini untuk berjuang melawan tindakan radikalisme dan ekstrimisme. Selain itu, mereka juga diimbau agar bisa menahan diri.
Menurut Sheikh Salim, aksi teror yang terjadi tidak harus dikaitkan dengan keyakinan para Muslim. Ia pun meminta, Muslim di Rwanda untuk bergabung dan bekerja sama dengan lembaga keamanan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu mencegah segala macam tindakan yang melanggar hukum .
"Juga untuk memastikan keamanan yang berkelanjutan," kata Sheikh Salim, dilansir dari The New Times, Senin (9/1).
Sementara, Asisten Komisaris Polisi (ACP), Denis Basabose menerangkan, memerangi tindakan radikalisme dan ekstrimisme dimulai dari rumah. Orangtua harus mendidik anak-anak mereka dengan agama. Hal ini bisa dilakukan untuk melindungi generasi muda dari kemungkinan melakukan tindakan radikalisme.
"Tindakan radikalisme merupakan kejadian langka di Rwanda, tapi globalisasi dan perkembangan teknologi telah memungkinkan adanya kejahatan transnasional dan terorganisir seperti teroris," ujarnya.
Karenanya, Imam dari wilayah Rubavu, Sheikh Musa Sindayigaya menegaskan, komitmen umat Islam di setiap wilayah dibutuhkan untuk bisa saling bekerja sama. Untuk cita-cita membangun Republik Rwanda yang lebih aman.