Senin 09 Jan 2017 11:05 WIB

Presiden Sebut Harga Cabai Naik karena Musim yang Buruk

 Pedagang menata cabai di Pasar Senen Jakarta Pusat
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang menata cabai di Pasar Senen Jakarta Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Presiden Joko Widodo angkat bicara soal harga cabai yang masih terus naik. Jokowi mengatakan kenaikan harga cabai rawit merah yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia beberapa waktu belakangan ini disebabkan karena cuaca dan musim yang buruk pada 2016.

"Yang namanya harga tergantung suplay dan demand," kata Jokowi ditemui usai "blusukan" di Pasar Kanjen, Kabupaten Pekalongan pada Senin (9/1) pagi.

Menurut Presiden, harga komoditas yang fluktuatif bisa terjadi jika suplai terganggu akibat keadaan musim. Jokowi meminta agar masyarakat mensubtitusi jenis cabai untuk dikonsumsi selama suplai cabai rawit merah belum normal. "Yang cabai rawit merah 100 ribu. Cabai lain yang merah 50 (ribu), ijo 45 sampai 50 (ribu)," kata Presiden membandingkan harga cabai per kilogramnya di Pasar Kajen.

Selain itu, Jokowi menjelaskan Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga tengah membagikan bibit cabai agar harga dapat terkendali di masa mendatang. Menteri Pertanian telah mencanangkan Gerakan Nasional Penanaman 50 Juta Pohon Cabai di Pekarangan yang dipusatkan di Lapangan Tembak Divisi Infantri I Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat.

Gerakan tersebut, katanya, sebagai upaya pemerintah untuk menggalakkan masyarakat menanam cabai sehingga saat harga cabai naik tidak perlu ada kekhawatiran. Untuk menyukseskan gerakan menanam 50 juta pohon cabai tersebut, Kementan melibatkan ibu penggerak PKK Pusat dan daerah sehingga diharapkan bisa melakukan penanaman 20 batang di setiap rumah tangga. Gerakan tersebut diharapkan menjadi upaya efektif dalam mengatasi lonjakan harga cabai yang selama ini terus terjadi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement