Selasa 10 Jan 2017 04:34 WIB

Dana Repatriasi Dorong Tren Kenaikan Cadangan Devisa

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
cadangan devisa, ilustrasi
cadangan devisa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar 116,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar 111,5 miliar dolar AS. Diperkirakan cadangan devisa pada tahun ini mengalami tren peningkatan dari dana repatriasi yang belum seluruhnya masuk.

Berdasarkan data Bank Indonesia, peningkatan tersebut disebabkan oleh penerbitan global bond pemerintah pada bulan desember lalu sebesar 3,5 miliar dolar AS. Penguatan cadev juga disebabkan oleh masuknya dana asing dari pasar keuangan bersamaan dengan masuknya dana repatriasi.

Kenaikan cadangan devisa juga mengindikasikan perbaikan ekspor, serta terjadinya penurunan utang luar negeri. Bank Indonesia juga melakukan operasi moneter dengan menyerap lelang SBBI valas sebesar 320 juta dolar AS.

Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual mengatakan, pada Desember 2016 ini dana repatriasi belum 100 persen masuk. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Desember 2016 komitmen wajib pajak baru sekitar Rp 100 triliun dari target dana repatriasi Rp 143 triliun.

"Dana repatriasi ini masuknya bertahap, karena kan dari luar negeri bank-bank itu mengalirkan likuiditas sebesar itu kan kesulitan, cari dana dulu. Jadi ini akan mendorong tren peningkatan cadev ke depannya," ujar David pada Republika, Senin (9/1).

Adanya potensi aliran modal masuk (capital inflow) yang besar ini akan mendorong peningkatan nilai tukar rupiah. Namun hal tersebut akan terjadi apabila dana repatriasi dikonversi ke dalam rupiah.

Di sisi lain penguatan nilai tukar rupiah juga akan terjadi apabila nantinya banyak proyek pemerintah dan penerbitan obligasi dari BUMN dan korporasi dengan imbal hasil yang menarik.

Meskipun ada ketidakpastian dari global terkait kenaikan suku bunga bank sentral AS, Fed Fund Rate, adanya tren kenaikan cadangan devisa dan makro ekonomi yang stabil akan membantu kurs rupiah stabil. "Ini akan jadi buffer untuk rupiah. Rupiah juga kan volatilitasnya tidak besar seperti negara emerging market lain. Karena domestik kita juga bagus," katanya.

Pada perdagangan hari ini rupiah ditutup menguat sebesar Rp 13.362 per dolar AS, menguat dari pembukaan di Rp 13.388 per dolar AS. Rupiah diperkirakan dalam tren penguatan pada pekan ini.

Sebelumnya Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, peningkatan cadangan devisa menunjukkan surplus neraca dagang yang cukup baik. "Dari tax amnesty, kemudian hasil penerbitan global bond, dan tentu saja meski kebutuhan pembayaran utang di akhir tahun naik tapi pemasukan devisa jauh lebih besar,"ujar Perry akhir pekan lalu.

Sementara pada akhir Desember ini kurs rupiah relatif stabil sehingga kebutuhan stabilisasi di Desember jauh lebih kecil dibanding November, pasca pilpres di AS. Pada saat itu anjloknya kurs rupiah mengharuskan BI untuk melakukan stabilisasi sehingga peningkatan cadangan devisa pun turun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement