REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Suriah, Bashar al Assad mendeklarasikan pemerintahannya siap bernegosiasi di pertemuan Astana, Kazakhstan. Dalam laporan hasil wawancara dengan jurnalis Prancis, Assad siap bernegosiasi soal apa pun. Assad mengatakan masih ada pertanyaan soal pertemuan, termasuk partisipan.
"Kami masih belum tahu," kata dia seperti dilansir Aljazirah, Senin (9/1).
Pembicaraan ini diinisiasi oleh Rusia dan Turki. Turki mengindikasikan pertemuan akan digelar sekitar akhir Januari. Sebelumnya, pembicaraan batal karena pihak oposisi Assad protes pasukan Suriah masih melanggar gencatan senjata.
Salah satu anggota parlemen Prancis, Thierry Mariani yang berkunjung ke Suriah mengatakan Assad bersedia bernegosiasi dengan pemberontak. Assad mengaku optimis dan siap berekonsiliasi jika oposisi menurunkan senjata.
Mariani mengatakan Assad juga siap juga harus mengecam atau menyesali tindakannya. Dalam wawancara dengan France Info, Assad juga mengangkat keberhasilan pasukannya di Aleppo. Menurutnya ini adalah titik kritis konflik.
"Kami tidak menganggapnya kemenangan. Kemenangan itu dicapai jika anda berhasil melenyapkan semua teroris," kata Assad. Kemenangan di Aleppo adalah salah satu jalan menuju kemenangan.
Wawancara ini adalah yang pertama sejak kemenangan di Aleppo, 22 Desember lalu. Ditanya soal pembombardiran kota yang merenggut nyawa sipil, Assad mengatakan itu adalah harga yang harus dibayar untuk pembebasan.
"Tapi pada akhirnya, rakyat akan bebas dari teroris," kata dia. Ia mengakui bahwa itu menyakinkan bagi penduduk Suriah karena sebagian negara sudah hancur dan darah dimana-mana. "Setiap perang selalu buruk, tapi apakah lebih baik meninggalkan sipil dibawah kepungan pemberontak? yang menekan mereka? memenggal dan membunuh?" kata dia.