Senin 09 Jan 2017 23:37 WIB

Ketika Yuki Kato Mondok di Pesantren

Rep: Desy Susilawati/ Red: Agus Yulianto
Yuki Kato memerankan Marshilla Silalahi di film Cahaya Cinta Pesantren
Foto: cahayacintapesantren.com
Yuki Kato memerankan Marshilla Silalahi di film Cahaya Cinta Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, Film baru diawal tahun 2017 mulai bermunculan. Salah satunya film Cahaya Cinta Pesantren. Film ini adalah cerita religi yang dibalut menjadi sebuah kisah drama komedi yang menjadi tontonan segar bagi remaja dan keluarga Indonesia.

Film garapan sutradara Raymond Handaya ini dibintangi oleh Yuki Kato sebagai Marshila Silalahi. Selain itu juga ada Febby Blink (Icut), Vebby Palwinta (Manda), Silvia Blink (Aisyah), Rizky Febian (Abu, Elma Theana (Mamak Shila), Tabah Penemuan (Bapak Shila, Zeezee Shahab (Ustazah), Fachri Muhammad (Rifqy) serta Wirda Mansur

“Cahaya Cinta Pesantren” ini merupakan judul film pertama Fullframe Pictures Indonesia mengangkat kisah kehidupan seorang anak nelayan di danau Toba bernama Shila. Dia adalah anak perempuan yang ingin melanjutkan sekolah ke SMA Negeri favorit di daerahnya namun tidak lolos, karena keterbatasan biaya orang tuanya tidak mungkin menyekolahkan Shila di SMA Swasta.

Awalnya, Shila menolak namun atas bujukan orang tuanya jadilah Shila santri di Pesantren Al-Amanah. Dunia pesantren yang disiplin ditambah jadwal pelajaran dan kegiatan yang seakan tiada henti, membuat Shila mesti beradaptasi. Di pesantren Shila bersahabat dengan Manda, Aisyah, dan Icut.

Tapi dengan Manda, Shila merasa paling dekat. Karena keduanya tidak betah tinggal di pesantren tanpa sepengetahuan yang lain, keduanya pun kabur dari pesantren. Tapi takdir membawa mereka berdua kembali ke pesantren itu. Manda mantap untuk menjadi santri di situ. Tapi Shila, masih belum yakin.

Selain urusan pelajaran, sebagai gadis yang tengah puber, Shila pun berurusan dengan perasaan. Ia jatuh hati pada Rifqy, santri senior. Shila berusaha menjalani kehidupan pesantren ditengah bermacam konflik. Mulai dari konflik yang membuat persahabatannya berantakan. “kepergian” orang yang ia sayangi, dan masalah lainnya.

Tapi ternyata Shila berhasil melalui itu semua, karena pesan ayahnya sebelum ia berangkat ke pesantren: “Kalau kita mencintai segala sesuatu karena Allah, maka kita tidak akan pernah kenal yang namanya kecewa atau sakit hati”.

Inilah Film tentang pendidikan, sosial dan cinta. Cerita keluarga, Persahabatan, romantisme dan seluk beluk anak-anak muda yang menempuh pendidikan di pesantren. Hal ini divisualkan dalam gambar-gambar yang dinamis, membentuk mosaik yang jalin menjalin.

Setting waktu dan lokasi, akan dibalut dalam sinematografi yang indah membuat dramatis film ini begitu menyentuh dan bermakna. Ditambah oleh unsur pariwisata dimana dalam film ini terdapat adegan silat lokal dan lokasi syuting di medan dan danau Toba.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement