REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi semen di dalam negeri diprediksi akan meningkat hingga 84,96 juta ton pada 2017 karena adanya pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dilaksanakan oleh pemerintah.
"80 persen konsumsi semen adalah oleh masyarakat," kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono lewat keterangan pers diterima di Jakarta, Selasa (10/1).
Menurut Sigit, selain proyek pemerintah, maraknya pembangunan perumahan dan properti juga menjadi faktor meningkatnya permintaan semen. Ia menjelaskan untuk mengukur suatu negara apakah terbangun atau tidak dapat dilihat dari pertumbuhan industri semen pada negara tersebut.
"Kalau industri semen di negara tumbuh, maka pembangunan di dalam negeri juga pasti tumbuh, begitu gampangnya," tuturnya.
Sigit menambahkan salah satu indikator peningkatan nilai investasi industri semen tahun ini ditandai dengan beroperasinya pabrik semen baru milik Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. Keberadaan pabrik semen tersebut diharapkan dapat mengangkat ekonomi daerah setempat.
Sementara itu, Direktur Utama PT Semen Indonesia Rizkan Chandra mengatakan kekuatan Holding Semen Indonesia Group saat ini adalah dari sisi kapasitas produksi. "Di tengah kondisi perekonomian yang sulit dan persaingan yang semakin ketat, Semen Indonesia masih bisa menciptakan rekor baru di bidang produksi," ujarnya.
Tahun 2016, Rizkan menyebutkan, Pabrik Tuban mampu memproduksi sebanyak 1.381.907 ton atau naik dua persen melampaui jumlah produksi tahun 2015 sebesar 1.355.795 ton. "Kami berharap di tahun-tahun mendatang, pabrik-pabrik SMIG dapat ikut menorehkan prestasi produksinya," katanya berharap.
Menurut Rizkan, peningkatan produksi ini didukung adanya pabrik yang terintegrasi sehingga mampu menciptakan peluang biaya distribusi yang lebih terjangkau dan jaminan ketersediaan produk di pasar. "Selain itu, juga didukung distribusi terintegrasi yang luas dengan 11 pelabuhan, 25 packing plant, dan ratusan distributor se Asia Tenggara," ungkapnya.