REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar gempa dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat, Prof Badrul Mustafa, menilai, gempa berkekuatan 5,5 skala Richter (SR) yang mengguncang Kota Padang dan sekitarnya pada Senin (9/1) pukul 18.28 WIB merupakan fenomena sesar geser.
"Selama ini sudah cukup sering terjadi gempa dengan mekanisme sesar geser, bukan subduksi, kemungkinan ada sejumlah sesar geser antara Selat Mentawai dengan Pulau Sumatra," kata dia, di Padang, Selasa (10/1).
Menurut dia, dalam beberapa tahun belakangan sudah cukup sering terjadi gempa serupa. Hanya saja, penelitian tentang sesar tersebut belum dilakukan. "Yang baru dilakukan adalah penelitian di daerah megathrust sampai ke Lautan Hindia," katanya pula.
Ia menyampaikan dari penelitian bersama Indonesia dan Prancis yang bernama Sumenta pada kurun 1990 hingga 1992, ditemukan sesar Mentawai. Menurut dia, sesar yang ada di Selat Mentawai harus diteliti apakah potensinya membahayakan Sumbar, tapi masalahnya untuk melakukan penelitian seismik tidak mudah. "Terlalu luas wilayah Indonesia untuk memetakan sesar ini," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang melaporkan gempa dengan kekuatan 5,5 SR pada Senin lalu pukul 18.28 WIB, dan intensitasnya dirasakan hampir di seluruh wilayah Sumbar.
"Gempa tersebut dipastikan tidak berpotensi tsunami," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang, Rahmat Triyono.
Ia menyebutkan, intensitas gempa mencapai skala empat MMI dengan lokasi di Pesisir Selatan tepatnya 64 km barat laut Pesisir Selatan, 83 km barat daya Padang, 107 km barat daya Solok di kedalaman 17 km.