Selasa 10 Jan 2017 13:49 WIB

Megawati: Kalau Mau Jadi Orang Islam, Jangan Jadi Orang Arab

Rep: Ali Mansur/ Red: Joko Sadewo
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya pada acara Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 PDI Perjuangan di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (10/1).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya pada acara Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 PDI Perjuangan di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri persoalkan orang yang beragama tetapi menanggalkan ke-Indonesiaannya. Ia menyebut, kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab.

Hal ini disampaikan Megawati dalam sambutannya pada peringatan HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Selasa (10/1). Mengutip pernyataan Sukarno, Megawati mengatakan, "Kalau kamu mau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau kamu mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau kamu mau jadi orang Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini."

Megawati menyebut tentang pihak-pihak yang dianggapnya antikeberagaman. Mereka disebut Megawati sebagai penganut ideologi tertutup yang memicu isu konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Mereka juga, kata dia, bertentangan dengan Pancasila.

“Mereka memaksakan kehendaknya sendiri; tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Apa yang mereka lakukan, hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula. Bagi mereka, teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya kekuasaan,” kata Megawati.

Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup, menurut Megawati, adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak dengan memaksakan kehendaknya. Akibatnya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan, bahkan dimusnahkan.

Selain itu, demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolelir karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan. Tidak hanya itu, kata dia, mereka benar-benar antikebinekaan. Maka tidak heran apabila muncul berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini.

Menurut presiden Republik Indonesia kelima itu, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup mempromosikan diri mereka sebagai self para peramal masa depan. Megawati menambahkan, para penganut ideologi tertutup kerap meramal kehidupan setelah dunia fana. “Padahal mereka sendiri tentu belum pernah melihatnya," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement