Selasa 10 Jan 2017 14:25 WIB

Abbas Peringatkan Trump Agar tak Relokasi Kedubes AS ke Yerusalem

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Yerusalem Timur
Foto: worldbulletin.net
Yerusalem Timur

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menulis surat kepada Presiden AS terpilih Donald Trump. Ia memperingatkan agar AS tidak memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Trump mengatakan di berbagai kesempatan, ia berencana memindahkan Kedutaan Besar AS untuk Israel. Bulan lalu, Trump memilih David Friedman, seorang pengacara sayap kanan yang mendukung pemindahan kedubes AS ke Yerusalem, sebagai Duta Besar AS untuk Israel.

Kantor Berita Palestina, Wafa, melaporkan, dalam surat resminya Abbas mengatakan langkah tersebut akan berdampak buruk pada proses perdamaian Palestina dan Israel. Pemindahan kedubes juga akan mempengaruhi solusi dua negara dan stabilitas serta keamanan seluruh wilayah.

Seperti dilansir dari Aljazirah, Abbas juga mengirimkan surat kepada kekuatan-kekuatan dunia lainnya, termasuk Rusia, Cina, dan Uni Eropa. Abbas menyerukan mereka agar melakukan upaya untuk mencegah AS memindahkan kedutaannya.

Relokasi kedutaan sangat ditentang oleh Palestina dan dianggap sebagai tindakan sepihak. Sementara Israel sepenuhnya mendukung langkah tersebut karena selama selalu gagal mendorong agar Presiden AS sebelumnya memindahkan kedutaan ke Yerusalem.

Palestina menganggap wilayah Yerusalem Timur yang dikuasai Israel merupakan ibu kota masa depan. Namun, Israel menyatakan seluruh Yerusalem adalah bagian dari negara mereka.

Negara-negara anggota PBB tidak ada yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Status kota tersebut kini menjadi salah satu masalah paling sulit dari konflik Israel-Palestina yang terjadi selama puluhan tahun.

Bulan lalu Juru Bicara Trump, Kellyanne Conway, mengatakan kepada sebuah stasiun radio AS, pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem adalah prioritas utama Trump.

Baca juga,  UNESCO Sebut Israel Penjajah Yerusalem.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement