REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ibu dari terpidana mati pengedar narkoba Bali Nine, Myuran Sukumaran, ingin lukisan karya anaknya dipamerkan keliling dunia sebagai pesan antihukuman mati yang kuat.
Berbicara pada program televisi ABC 7.30 untuk pertama kalinya sejak anaknya tewas dieksekusi mati di Indonesia pada tahun 2015, Raji Sukumaran mengatakan keyakinannya terhadap Tuhan telah digoyahkan oleh eksekusi anaknya. Dia ingat dirinya berusaha menikmati waktunya sambil memperhatikan anaknya melukis di penjara, pertama kali di Bali kemudian di LP Nusa Kambangan.
"Saya biasa duduk dibelakang [Myuran] dan melihatnya [melukis] selama berjam-jam. Dia menghabiskan banyak sekali waktunya dan dia sangat bangga dengan itu. Pada lukisan terakhirnya, dia mengatakan, ‘jika saya punya waktu 6 bulan lagi! Saya bisa melukis lebih baik lagi',” kata Raji Sukumaran.
Hari-hari dan jam terakhir yang dilaluinya masih terlintas seperti film di dalam pikiran Raji Sukumaran. "Pada hari terakhirnya, ketika saya pergi menjenguknya dia terlihat sangat lelah, dan dia mengaku belum tidur. Saya katakan, ‘mengapa kamu tidak tidur? Lalu dia berkata, 'Saya ingin melukis sebanyak mungkin selama saya bisa.”
"Saya minta dia untuk pergi dan beristirahat. Saya minta dia pergi mandi, dan untuk apa? Dia akan dibawa pergi dan akan ditembak. Dan saya juga ingat mengatakan kepada Myu pada saat-saat terakhir, ‘berdoalah sayang, ‘Tuhan mampu melakukan keajaiban, dia bisa melakukan keajaiban. Berdoalah.”
"Dan dia melihat ke arah saya dan berkata, ‘Amma, Saya akan berdoa, tapi apakah keajaiban itu akan terjadi atau tidak, kamu akan terus berdoa. Dan pada saat itu saya berpikir dia sudah menyerah,” katanya.
Raji Sukumaran mengatakan berdoa merupakan sesuatu yang dia tidak bisa lagi dia lakukan. "Bahkan Tuhan tidak bisa menolong saya. Pemerintah tidak bisa menolong saya. Mereka tidak bisa melakukan apa pun,” kata Raji.
"[Presiden Indonesia Joko Widodo] satu-satunya orang yang bisa menunjukan rasa belas kasihan dan dia tidak menunjukkan rasa itu,” katanya.
Myuran Sukumaran dieksekusi dengan ditembak mati bersama dengan Andrew Chan pada April 2015, setelah keduanya dijatuhi hukuman karena berusaha menyelundupkan delapan kilogram heroin dari Indonesia ke Australia.
'Studio adalah gereja baginya’
Lukisan-lukisan yang dibuat Myuran didalam penjara saat ini tengah menjadi bagian dari pameran utama di Sydney yang dikuratori oleh teman sekaligus mentor Myuran, seniman Ben Quilty.
"Saya sangat bangga kepadanya. Lukisannya adalah hidup saya. Saya ingin pameran ini dilakukan ke seluruh dunia dan saya ingin orang melihat lukisannya dan saya ingin orang-orang melihat dia melalui lukisannya. Dia hidup di dunia sebentar saja tapi yang mampu dia capai banyak,” kata Raji Sukumaran.
Ben Quilty sering mengunjungi Sukumaran di Penjara Kerobokan, Bali. Dia mengaku melukis merupakan ‘pelipur lara’ bagi Myuran. "Studio melukis adalah gerejanya,” kata Ben Quilty.
"Itu merupakan cara dia menumpahkan masalah-masalahnya, dalam arti, jawaban secara visual, mengenai kekuatan dari kondisi seorang manusia, kekuatan dari dalam diri Myuran Sukumaran.
"Saya pikir inti dari lukisan itu adalah, sisi kemanusiaan Myuran bersinar. Orang jahat bisa menjadi orang yang baik dan hal seperti ini sangat menggerakan bagi seluruh umat manusia."
Pameran seni Myuran Sukumaran yang berjudul Another Day in Paradise terbuka untuk umum mulai13 Januari sampai 26 Maret 2017 di Campbelltown Arts Centre, Sydney.