REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Banjir bandang di Thailand bagian selatan menyapu jembatan utama tol pada Selasa (10/1). Macet parah tak terhindarkan mengular hingga 200 km. Menurut media lokal, banjir dan hujan deras telah menewaskan sekitar 25 orang.
Lebih dari 360 ribu rumah tangga atau sekitar satu juta orang terimbas banjir. Departemen Pencegahan Bencana dan pejabat industri mengatakan rumah rusak, sekolah ditutup, hingga produksi minyak kelapa dan karet terganggu.
Siaran televisi menunjukkan mobil-mobil tenggelam di area provinsi Prachuap Khiri Khan. Di wilayah ini, jembatan tenggelam dan menutup akses Bangkok ke selatan. Jalur kereta ke selatan dan Malaysia juga terputus selama beberapa hari.
Thailand sedang mengalami musim hujan yang tak biasa. Hujan deras terus turun padahal seharusnya berakhir sejak November. Thailand bagian selatan adalah wilayah utama produksi karet sehingga musim hujan menghambat produksi.
Ladang minyak kelapa juga terendam banjir. Di salah satu provinsi terburuk, Nakhon Si Thammarat, penduduk harus kemana-mana menggunakan perahu. "Seperti kolam yang sangat besar," kata seorang penduduk, Pattama Narai.
Menurut data Thomson Reuters, hujan yang jatuh di Nakhon Si Thammarat dalam tujuh hari terakhir mencapai curah hujan yang seharusnya turun dalam satu tahun. Banjir mulai sering terjadi di Thailand sejak 2011.