REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih kurang tigaperempat polisi Amerika Serikat mengatakan hubungan mereka dengan kalangan kulit hitam menjadi lebih tegang menyusul penembakan polisi dan serangkaian unjuk rasa, kata survei terbitan Rabu (11/1).
Survei itu, yang dilakukan Pusat Penelitian Pew, menemukan perasaan meluas di antara petugas masyarakat memiliki kesalahpahaman terhadap mereka dan unjuk rasa atas korban penembakan polisi dalam beberapa tahun belakangan dilatarbelakangi perasaan anti-polisi alih-alih untuk meminta pertanggungjawaban polisi.
Penembakan oleh petugas terhadap sejumlah orang berkulit hitam tidak bersenjata pada 2014 memicu unjuk rasa besar dan kemunculan pergerakan Black Lives Matter (Nyawa Kulit Hitam Penting). Pendukung gerakan tersebut, termasuk beberapa dari kalangan Partai Demokrat, mengatakan itu memberikan pencerahan terhadap permasalahan yang dulu diabaikan, terkait penggunaan kekerasan berlebahan terhadap kalangan kulit hitam oleh petugas.
Baca: Pelaku Penembakan Gereja Charleston Divonis Mati
Sejumlah kritikus, termasuk presiden terpilih Donald Trump dan kalangan lain Partai Republik, mengkritik Black lives Matter sebagai tuduhan terhadap aparat yang menyebutnya melakukan hal berbahaya. "Dalam departemen kepolisian Amerika, survei itu menemukan kejadian mematikan tersebut berkurang daripada jumlah aksi protes yang ada, namun tidak begitu mendalam," kata peneliti dalam laporan.
Lebih kurang 75 persen petugas mengatakan kepada Pew hubungan mereka dengan kalangan kulit hitam menjadi lebih tegang karena sejumlah penembakan terhadap kalangan itu dan unjuk rasa ikutannya. Sebanyak duapertiga aparat mengatakan aksi protes itu "besar" dilatarbelakangi oleh rasa ketidaksukaan terhadap kepolisian.
Duapertiga polisi memandang penembakan terhadap kulit hitam sebagai sebuah insiden tunggal alih-alih sebuah permasalahan yang besar. Jumlah itu berbanding terbalik dengan perasaan yang ada di masyarakat, dalam survei Pew lainnya, 60 persen mengatakan bahwa pembunuhan itu berawal dari permasalahan sistem yang lebih luas.
Lebih dari 90 persen aparat kepolisian Amerika mengatakan mereka mengkhawatirkan keamanan mereka dikarenakan banyaknya unjuk rasa terkait. Sekitar tigaperempat mengatakan mereka atau rekan mereka menjadi enggan menghentikan dan memeriksa orang-orang yang tampak mencurigakan atau enggan menggunakan kekerasan bahkan saat diperlukan.
Sebagian besar aparat (66 persen) dan masyarakat (93 persen) mendukung penggunaan kamera badan dikenakan petugas untuk merekam interaksi yang terjadi. Pew melakukan survei itu dengan 7.917 aparat responden dari 54 departemen kepolisian pada 19 Mei hingga 14 Agustus tahun lalu.