Rabu 11 Jan 2017 18:56 WIB

Israel Pengaruhi Gerakan Kemahasiswaan Inggris

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Inggris
Bendera Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Unit Investigasi Aljazirah mengungkapkan Israel telah mempengaruhi mahasiswa, aktivis, hingga anggota parlemen muda untuk membentuk kebijakan politik Inggris. Mereka menawarkan bantuan keuangan dan strategis kepada para orang-orang muda.

Selama enam bulan, reporter Aljazirah yang melakukan penyamaran, Robin (nama samaran) telah berhasil menyusup ke kelompok-kelompok pro-Israel. Mereka bekerja melawan gerakan antikependudukan ilegal Israel di tanah Palestina.

Robin menemukan adanya hubungan erat antara Shai Masot, seorang pejabat senior di Kedutaan Besar Israel untuk Inggris, dengan jaringan politikus, aktivis, dan analis di Inggris yang mendukung Israel. Lobi agresif Israel di Inggris dilakukan setelah gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS) mencuat ke permukaan. Selain itu, kini Partai Buruh sebagai partai oposisi telah dipimpin oleh Jeremy Corbyn, seorang pendukung Palestina yang sangat vokal.

Gerakan BDS terjadi di banyak universitas di Inggris. Pada Juni 2015 National Union of Students (NUS) ikut melakukan boikot. Satu tahun kemudian, NUS memilih presiden perempuan Muslim berkulit hitam pertamanya, Malia Bouattia, yang pro-Palestina.

Baca: Awas, Gerilya Organisasi Yahudi Ala Masot di London

Berbeda dengan NUS, Persatuan Mahasiswa Yahudi (UJS) yang terdiri dari 64 komunitas Yahudi di universitas-universitas Inggris sangat menentang gerakan BDS. Mereka berkomplot melawan Presiden NUS.

Unit Investigasi Aljazirah menemukan, UJS tidak hanya menerima uang dari Kedutaan Besar Israel, tetapi juga berusaha mempengaruhi pemilihan presiden NUS. Mereka bahkan hendak mengusir Bouattia dari organisasi kemahasiswaan itu.

Michael Rubin, seorang aktivis pro-Israel yang mengaku banyak bekerja sama dengan kedutaan, mengatakan pemilihan Bouattia benar-benar hal yang buruk dan mengerikan. Selama kampanye pemilihan presiden, Wakil Presiden NUS Richard Brooks mengadakan pertemuan rahasia dengan direktur kampanye UJS, Russell Langer dan Rubin. Mereka membicarakan kemungkinan mengusir Bouattia.

NUS mewakili sedikitnya empat juta mahasiswa Inggris. Politikus yang pernah menjabat sebagai pemimpin NUS adalah mantan Menteri Luar Negeri Jack Straw dari Partai Buruh dan mantan Menteri Dalam Negeri Charles Clarke.

Pendanaan yang diberikan Kedutaan Besar Israel kepada UJS diungkapkan oleh mantan calon Presiden UJS, Adam Schapira. Schapira sebelumnya pernah bekerja di Pinsker Centre, sebuah organisasi berbasis kampus-yang bertujuan memberi informasi kepada mahasiswa tentang zionisme dan konflik Arab-Israel.

Ia mengungkapkan, pelobi kuat pro-Israel dari Amerika Serikat (AS), AIPAC juga menyalurkan dana ke kampus-kampus Inggris melalui Pinsker Centre. Kelompok tersebut bekerja keras melawan gerakan BDS, yang juga pernah dimunculkan untuk mengisolasi Afrika Selatan selama era apartheid. DBS bertujuan menekan Israel melalui taktik isolasi ekonomi dan budaya.

Kepada Robin, diplomat Masot bersikeras, penting bagi Israel untuk mendapatkan dukungan dari Partai Buruh. Meski saat ini ia menyebut Partai Buruh sedang dipimpin oleh seorang pemimpin "gila", yaitu Jeremy Corbyn.

Masot mengajari Robin cara membuat sebuah kelompok pro-Israel yang baru. Kelompok tersebut akan mendapatkan dukungan dari kedutaan di setiap kegiatannya.

Ia juga mengklaim berhasil membentuk cabang-cabang kelompok Conservative Friends of Israel (CFI) tahun lalu. Menurutnya, CFI kini telah memiliki lebih dari 2.000 anggota kelompok. LFI dan CFI masing-masing didirikan pada 1950-an dan 1970-an.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement