REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Badan keamanan Afghanistan mulai menyelidiki serangan di ibu kota Kabul dan kota daerah selatan Kandahar yang terjadi pada Selasa (10/1) dan menewaskan setidaknya 50 orang.
Kementerian Kesehatan Publik pada Rabu (11/1) mengungkapkan jumlah korban meninggal dalam serangan di Kabul naik menjadi 37 orang, sementara 98 lainnya menderita luka. Sementara di Kandahar, sudah 13 orang yang tewas.
Namun, salah seorang pejabat keamanan memperkirakan jumlah kematian dari insiden di Kabul bisa naik kembali sampai mencapai 45-50 orang dengan korban luka lebih dari 100 orang. Serangan ganda terbaru di Afghanistan menunjukkan betapa rentannya situasi keamanan di negara tersebut. Jumlah serangan terus meningkat sejak tentara internasional NATO angkat kaki dari Afghanistan pada 2014.
Sebagian besar korban pengeboman di Kabul adalah pegawai kantor parlemen yang berada dalam perjalanan kembali ke rumah. Selain itu, petugas kesehatan juga menjadi korban setelah terjadi serangan susulan di tempat yang sama.
Taliban, sebuah kelompok yang ingin menegakkan syariat Islam sejak digulingkan pada 2001, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Mereka ingin menyasar sebuah bus kecil yang membawa anggota Direktorat Nasional untuk Keamanan, sebuah badan intelijen utama di Afghanistan.
Namun di sisi lain, Taliban menolak telah melakukan serangan di Kandahar yang juga menewaskan sejumlah pejabat pemerintah dan diplomat dari Uni Emirat Arab yang tengah mengunjungi kota tersebut untuk membuka sebuah panti asuhan. Penasihat keamanan presiden, Hanif Atmar telah mengunjungi Kandahar pada Rabu untuk memulai penyelidikan.
Lima orang pejabat Uni Emirat Arab serta wakil gubernur Kandahar, Abdul Shamsi termasuk dalam korban meninggal. Hingga kini tidak ada satu kelompok pun yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom yang disembunyikan di bawah sejumlah sofa di kediaman gubernur provinsi tersebut.
Kepala kepolisian Abdul Razeq, seorang komandan yang ditakuti banyak orang dan berada di lokasi saat kejadian namun berhasil lolos dari maut, menuding inteljen Pakistan dan jaringan Haqqani sebagai pelaku. Dia menduga sejumlah pegawai telah menyelundupkan bahan-bahan peledak ke dalam lokasi saat persiapan sambutan.
PBB mengecam pengeboman di Afghanistan dan menyebutnya sebagai serangan tanpa prinsip, tidak bertanggung jawab, dan tercela yang akan membuat proses perdamaian semakin sulit. "Para pelaku serangan harus mendapat hukuman," kata Wakil Utusan Khusus Sekretaris PBB untuk Afghanistan, Pernille Kardel.
sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement