REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan (DK) PBB pada Rabu (11/1) mengutuk dengan sekeras-kerasnya serangan teror yang terjadi di beberapa tempat di Afghanistan sehingga menewaskan serta melukai puluhan orang.
Pada Selasa (10/1), dua ledakan bom bunuh diri mengguncang Ibu Kota Afghanistan, Kabul menewaskan 28 orang dan melukai banyak orang lagi. Kelompok Taliban telah mengaku bertanggung-jawab atas serangan tersebut. Masih pada Selasa, dua ledakan mengguncang tempat tinggal gubernur Provinsi Kandahar. Duta besar Uni Emirat Arab untuk Afghanistan dan gubernur Kandahar termasuk orang yang cedera.
Di dalam satu pernyataan pers yang dikeluarkan di Markas Besar PBB di New York, AS, Dewan menggarisbawahi perlunya menyeret para pelaku, penyelenggara, penunjang dana dan perantara aksi tersebut ke pengadilan. Dewan Keamanan PBB juga mendesak semua negara agar bekerja sama secara aktif dengan Pemerintah Afghanistan dan semu pemerintah lain terkait mengenai kasus itu.
Anggota DK, yang kembali menyatakan setiap aksi terorisme adalah kejahatan dan tak bisa diterima baik, menyeru negara anggota agar memerangi dengan segala cara ancaman terhadap keamanan dan perdamaian internasional akibat aksi pelaku teror.
Pemerintah Afghanistan dikritik karena gagal menjamin keamanan di negeri tersebut setelah lebih dari tiga puluh 30 orang, kebanyakan warga sipil kehilangan nyawa mereka dalam serangan yang mengguncang Kabul dan Kandahar itu. Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani dengan keras mencela serangan teror tersebut dan mengatakan Taliban, dengan melakukan serangan teror, sekali lagi merenggut nyawa warga sipil yang tak berdosa, termasuk perempuan dan memperlihatkan permusuhan mereka terhadap rakyat Afghanistan serta umat manusia.
Dalam dua pembomban bunuh diri di Kabul, yang diakui oleh Taliban, 28 orang --24 warga sipil dan empat personel polisi-- telah kehilangan nyawa sementara lebih dari 60 orang lagi cedera, kata Kementerian Dalam Negeri di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu.
Menurut pernyataan tersebut, seorang pelaku teror meledakkan dirinya pada Selasa sore di dekat satu bangunan tempat kantor cabang parlemen negeri itu berada. Ketika orang berkumpul untuk menyelamatkan korban, pembom bunuh diri kedua meledakkan rompi peledaknya, menewaskan dirinya dan beberapa orang lagi di lokasi.
Tak lama setelah dua ledakan tersebut, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengaku bertanggung-jawab dan menyatakan kelompok bersenjatanya mengincar personel dinas intelijen. Pada Selasa malam, dua ledakan lain di satu wisma tamu Pemerintah Provinsi Kandahar menewaskan 11 orang termasuk wakil gubernur dan melukai 123 orang lagi, kata Kepala Polisi Provinsi Abdul Razaq pada Rabu.
Lima warga negara Uni Emirat Arab (UAE) juga dilaporkan termasuk di antara korban tewas dalam pemboman tersebut.
Rakyat Afghanistan dari segala lapisan telah mengutuk serangan mematikan itu dan mengeritik pemerintah karena apa yang mereka katakan sebagai "kegagalan pemerintah" untuk menjamin keamanan di kota tersebut.