REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jasa Marga Tbk menyadari Jembatan Cisomang merupakan urat nadi lalu lintas dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya. Maka penanganannya pun harus dilakukan secepat mungkin.
Vice President Maintenance PT Jasa Marga, Reza Febriano menuturkan, penanganan yang dilakukan ini ada dua bagian. Pertama mengantisipasi terjadinya pergerakan lanjutan, kedua mengembalikan kekuatan jembatan.
"Kita tetap berupaya untuk mengembalikan kekuatan jembatan. Meski tidak bisa sekuat awalnya, tapi paling tidak mendekati," ujar Reza di Gedung Jasa Marga, Jakarta, Kamis, (12/1).
Ia menjelaskan, struktur jembatan yang dibangun di tengah jalan tol seperti Tol Cipularang tersebut sebenarnya didesain supaya bisa bertahan sampai 50 tahun. Sedangkan tol itu baru beroperasi 12 tahun sejak 2005.
Reza menambahkan, pergerakan di salah satu pilar jembatan itu bukan karena struktur atau banyaknya kendaraan yang melintas. Melainkan karena kondisi tanah di bawahnya.
"Kalau kami pada saat membangun suatu ruas, kami sudah pikirkan ini alternatif rute paling baik. Maka pada konsep desain awal sudah dikaji secara komprehensif, sudah kita tetapkan satu ruas, berarti itu paling baik," jelas Raza.
Meski begitu, ia tidak memungkiri, terkadang ditemukan material labil setelah pengeboran. Material labil seringkali rentan pada perubahan cuaca.
Dirinya menyebutkan, ini bukan pertama kali bagi perseroan untuk memperbaiki jembatan di jalan tol yang pilarnya bergeser. Sebelumnya, salah satu jembatan di Tol Semarang-Bawen juga mengalami hal serupa, namun pergerakannya tak selebar Jembatan Cisomang.
"Alhamdulillah tanda early warning system kita berjalan. Jadi kita ketahui pergerakan ini setelah kita lakukan inspeksi rutin," jelas Reza.