REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Setya Novanto mengatakan harga cabai yang kerap melambung tinggi disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari para petani. Hal itu disebabkan karena hujan yang terus mengguyur kawasan penghasil cabai, akibatnya volume pemetikan pun berkurang.
Disamping itu, cabai juga kerap diserang penyakit yang membuatnya tidak tumbuh dengan maksimal. Itu disampaikannya saat melakukan peninjauan langsung ke Pasar Induk Kramatjati bersama Ketua Komisi VIII DPR RI, Ali Taher Parasong, Wakil Ketua Komisi IV Herman Khaeron dan Siti Hediati Soeharto, Anggota Komisi IV Firman Soebagyo, dan Anggota Komisi VI Endang Srikarti Handayani.
“Harga cabai merah naik salah satunya akibat hujan yang turun terus menerus dan membuat tanaman cepat membusuk. Tidak perlu resah, tadi saya tinjau harga mulai menurun,” ujar pria yang akrab disapa Setnov, di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Kamis (12/1)
Untuk mengatasi agar harga pangan bisa terus stabil, ternasuk cabai, dia meminta rencana pembentukan Badan Pengelolaan Pangan segera direalisasikan. Kata Setnov, badan itu bisa menangulangi masalah harga cabai dan kebutuhan pokok pangan lainnya. Kemudian pasokan pangan dan kenaikan harga dapat segera diminimalisasi serta tidak terulang lagi setiap tahunnya.
"Dengan pembentukan badan pangan tersebut, distribusi pangan diharapkan lancar dan membawa manfaat besar bagi rakyat dan juga petani,” tambah Politikus Partai Golkar.
Salah satu Bandar Cabai di Pasar Induk Kramatjati, Diky Alamsyah mengatakan, sudah dua hari harga cabai mengalami penurunan. Menurutnya penurunan harga cabai karena volume pasokan cabai dari para petani alami peningkatan. Untuk hari ini harga cabai rawit merah dipatok berkisar Rp 70 hingga 90 ribu per kilogram.
“Senarnya dari dua hari lalu sudah terjadi gerakan penurunan, rawit merah paling tinggi di Rp 90 ribu untuk lepas ke grosir, untuk ditingkat eceran ratenya mencapai Rp 90-100 ribu. Dua hari lalu mencapai Rp 120 ribu,” jelas Diky.