REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Moda transportasi massal BRT (Bus Rapid Transit) Trans Semarang yang rencananya dipasangi klakson berbunyi "telolet" batal karena ada imbauan dari kepolisian. "Untuk BRT ber-telolet, ternyata Pak Kasatlantas Polrestabes Semarang bilang 'Pak Wali, ndak usah'," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Semarang, Sabtu (14/1).
Dikhawatirkan, kata Hendi, sapaan akrab wali kota, pemasangan klakson telolet itu akan mengganggu jalur atau kendaraan yang ada di depannya. "Karena nanti dikhawatirkan malah mengganggu jalur yang ada di depannya. Ya, kami ikuti saja supaya semuanya berjalan baik," katanya.
Sebelumnya, orang nomor satu di Semarang itu diketahui tengah mempersiapkan pemasangan klakson "telolet" yang sedang viral belakangan ini di armada BRT Trans Semarang. Dalam akun Instagram pribadinya, yakni @HendrarPrihadi, Hendi mengunggah foto bergambar dirinya di dalam sebuah armada Trans Semarang bersama seorang kru.
Disematkan pula caption bertuliskan, "Menanggapi masukan sedulur2 -- Di bulan ini akan mulai beredar BRT Trans Semarang ber-Telolet #OmTeloletOm".
Ia menargetkan, dari enam koridor yang dioperasikan tahun ini, setidaknya di masing-masing akan ada lima armada Trans Semarang yang dilengkapi dengan klakson telolet. "Ini adalah salah satu cara untuk menarik minat masyarakat untuk naik BRT Trans Semarang sehingga akan ada peningkatan jumlah penumpang dari tahun lalu," katanya.
Meski tak jadi dipasangi klakson telolet, pemasangan sistem pemberitahuan automatis berbasis GPS (global positioning system) yang sudah direncanakan tetap akan dilakukan. Dengan sistem itu, kata dia, ketika armada sudah mendekati shelter secara otomatis akan bisa diketahui posisi armada dan shelter mana yang akan menjadi pemberhentian berikutnya.
"Dengan sistem ini, harapannya dapat menjadi pemandu pengguna yang naik BRT Trans Semarang. Di setiap shelter akan muncul tanda bus itu akan masuk shelter mana," ucapnya.