REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Musim dingin tak biasa di Peru diduga kuat menjadi penyebab tewasnya sekitar 180 ribu kambing. Hewan khas Peru yang biasanya kuat ini menjadi lemah karena musim dingin yang belum musimnya.
Sebagian besar wilayah mengalami kekeringan parah sejak Agustus tahun lalu. Pasokan air minim dan laguna yang mengering sangat berpengaruh terhadap musim kawin alpaca atau kambing Peru ini.
Hujan hampir tidak pernah datang sehingga rumput-rumput untuk makan pun tidak berkembang. Dalam beberapa bulan, cuaca memburuk di suhu sangat rendah. Ratusan ribu kambing tidak bisa bertahan. Kematian llama, vicunas dan guanacos pun diperkirakan sangat tinggi. Namun jumlah pastinya tidak diketahui.
Kasus ini merupakan salah satu buntut dari anomali cuaca karena pemanasan global. Suhu udara yang sangat dingin menyebar dari Antartika. Fenomena yang disebut friagen ini terjadi selama musim dingin.
Friagen pada 2003 pernah menewaskan lebih dari setengah alpaca di suhu minum 35 derajat Celcius. Suhu musim dingin lalu menewaskan 50 ribu alpaca di wilayah selatan Puno.
Peru seharusnya mengalami musim panas saat ini. Namun cuaca begitu dingin dan kering. Alpaca juga tidak terlalu tangguh bertahan di cuaca dingin. Mereka tidak memiliki cukup lemak untuk melindungi diri dari dingin.
Alpaca terkenal sebagai penghasil wool yang jadi bahan ekspor utama Peru. Bulu domba senilai 150 juta dolar AS dikirim keluar negeri setiap tahunnya, dilansir laman Aljazirah.
Baca juga: Badai Salju dan Suhu Dingin Ekstrem Landa Daratan Eropa