REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melakukan dialog perdagangan dan investasi dengan Jepang pada Ahad (15/1). Salah satu poin pembicaraan oleh kedua negara adalah target realisasi investasi Negeri Matahari Terbit tersebut di Indonesia pada tahun ini.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebutkan meski belum ada angka pasti berapa proyeksi investasi yang bakal dilakukan oleh Jepang di tahun ini. Namun, ia menargetkan angkanya bisa di atas capaian tahun 2016 lalu. Artinya, realiasi investasi 2017 dipatok di atas 4,5 miliar dolar AS.
Thomas menjelaskan, pada 2017 ini Jepang akan mendominasi dengan investasi di sektor ketenagalistrikan. Hal ini sejalan dengan proyek listrik 35 ribu Mega Watt (MW) yang dicanangkan pemerintah. Pembangunan di sektor pembangkit tenaga listrik skala besar diharapkan bisa menambah ketersediaan listrik untuk industri kecil dan menengah.
"Jadi harapannya ada listrik murah. Kalau perusahaan besar kan sudah bisa bangun pembangkit sendiri. UMKM ini masih bergantung sama pasokan pemerintah," ujar Thomas usai pertemuan bilateral dengan pemerintah Jepang di Fairmont Hotel, Jakarta, Ahad (15/1).
Thomas merinci, realisasi investasi oleh Jepang di Indonesia hingga akhir 2016 mencapai 4,5 miliar dolar AS. Raihan tersebut masih di bawah Singapura sebesar 7,1 miliar dolar AS. Sementara sektor yang masih secara masif digarap oleh Jepang di Indonesia yakni industri otomotif dan industri logam, mesin, dan elektronika. Pada 2017, Thomas memproyeksikan industri ketenagalistrikan bisa menyumbang realisasi investasi lebih tinggi.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi juga menyatakan bahwa pemerintah Jepang memandang positif kondisi perekonomian Indonesia, di tengah lesunya ekonomi global. Hal ini diyakini memberikan gambaran optimisme jepang untuk meningkatkan investasi mereka tahun ini. Sofyan mengatakan, dalam pertemuan kali ini tak ada penandatangann kerja sama tambahan antara Jepang dan Indonesia. Hal ini karena sejumlah proyek yang diinginkan terutama proyek 35 ribu MW sudah pernah ditekan MoU-nya tahun lalu. "Jadi saat ini lebih ke pembahasan utnuk ekspansi saja. Yang kita inginkan sudah dikerjasamakan kok," ujar Sofyan.