Senin 16 Jan 2017 05:47 WIB

Budhis Garis Keras Gagalkan Acara Muslim Myanmar

Rep: Fuji EP/ Red: Teguh Firmansyah
Ratusan Biksu Budha Myanmar menggelar demontrasi menolak keberadaan Muslim Rohingya.
Foto: Sakchai Lalit/AP
Ratusan Biksu Budha Myanmar menggelar demontrasi menolak keberadaan Muslim Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, PYAY -- Bulan ini sudah dua kali kelompok Buddhis garis keras membubarkan kegiatan masyarakat Muslim di Myanmar. Masyarakat Muslim harus rela membatalkan acara keagamannya karena diprotes Buddhis garis keras.

Acara keagamaan masyarakat Muslim digelar di Kota Pyay di wilayah Bago, Myanmar. Letaknya sekitar 440 km ke arah barat laut dari Ibu kota Myanmar, Yangon. Kegiatan yang digelar masyarakat Muslim tersebut dibatalkan di menit-menit terakhir.

Sebagaimana dilansir dari Anadolu pada Senin (16/1), dilaporkan pihak berwenang sudah mengizinkan masyarakat Muslim menggelar acara keagamaan. Mereka dizinkan untuk menggelar acara selama tiga jam pada Ahad (15/1).

Keputusan tersebut didapat setelah proses negosiasi. Akan tetapi, pada akhirnya kelompok Buddhis garis keras menuntut agar acara sepenuhnya dibatalkan.

 

"Padahal kami telah menggelar acara setiap tahun dengan damai," kata anggota komite acara festival masyarakat Muslim, Kyaw Naing.

Kyaw menegaskan, pihaknya setuju untuk membatalkan acara masyarakat Muslim. Sikap ini diambil untuk menunjukan Islam adalah agama yang damai bagi masyarakat Myanmar dan dunia. "Meski sebenarnya otoritas setempat sudah memberikan izin kepada kami," ujarnya.

Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan frontiermyanmar, Buddhis garis keras menghentikan kegiatan keagamaan masyarakat Muslim di Yangon, Myanmar pada Ahad (8/1). Puluhan orang dipimpin oleh biksu yang berbaris di Yangon menghalangi orang-orang Muslim merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Kami sudah merayakan festival ini sepanjang hidup saya, sekarang nampaknya ada serangan terhadap kebebasan beragama," kata Kyaw.

Ia mengungkapkan, para biksu berusaha menghentikan kegiatan keagamaan umat Islam tanpa mengatakan apa-apa. Mereka tidak menjelaskan kesalahan apa yang telah diperbuat masyarakat Muslim sehingga harus melarang kegiatan Maulid Nabi.

Baca juga, Sekelompok Massa Hancurkan Masjid di Myanmar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement