Senin 16 Jan 2017 12:10 WIB

IKM asal Jepang Diminta Masuk Indonesia, Ini Alasannya

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pembuatan Kue Kering Lebaran: Pekerja membuat kue kering di industri kecil rumahan di Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (15/7).  (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pembuatan Kue Kering Lebaran: Pekerja membuat kue kering di industri kecil rumahan di Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (15/7). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --‎ Kementerian Perindustrian mendorong industri asal Jepang yang ada di Indonesia agar memperkuat rantai pasoknya, sehingga akan membantu mengatasi permasalahan kebutuhan bahan baku di dalam negeri. Untuk itu, diharapkan peningkatan investasi dari perusahaan-perusahaan asal Jepang.

“Kami berharap industri-industri dari Jepang, seperti yang bergerak di bidang pengolahan mineral logam, pembangkit listrik, gasifikasi batu bara, petrokimia, dan kaca dapat berinvestasi di Indonesia pada lokasi-lokasi kawasan industri yang telah disiapkan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui siaran pers, Senin (16/1).

Dalam  Business Meeting between Japan and Indonesia di Jakarta, Ahad (15/1), Kemenperin mendorong pula pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Jepang agar ikut berinvestasi di Indonesia. 

“Kami ingin membantu agar makin banyak investasi IKM dari Jepang di Indonesia. Ke depannya, IKM Jepang ini akan dimitrakan dengan IKM-IKM yang ada di Indonesia untuk penguatan dan upgrading produktivitas,” papar Airlangga.

Untuk mendukung hal tersebut, lanjut Airlangga, pihaknya telah melakukan penguatan data dari pelaku IKM di dalam negeri agar nantinya dapat diidentifikasi sektor mana saja yang dapat menjadi mitra strategis. Diharapkan, IKM Indonesia juga menjadi salah satu bagian dari supply chain.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jepang memberikan kontribusi investasi paling tinggi di Indonesia melalui industri otomotif dengan nilai 1,18 miliar dolar AS pada tahun 2015, disusul kawasan industri dan properti 520 juta dolar AS, kemudian industri logam, elektronik, dan mesin senilai 426 juta dolar AS, serta listrik, gas, dan air sebesar 134 juta dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement