Senin 16 Jan 2017 12:55 WIB

Konferensi Paris: Tindakan Sepihak Bahayakan Negosiasi Palestina-Israel

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault menyambut Menlu AS John Kerry untuk Konferensi Perdamaian Timur Tengah di Paris, Prancis, 15 Januari 2017.
Foto: REUTERS/Bertrand Guay/POOL
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault menyambut Menlu AS John Kerry untuk Konferensi Perdamaian Timur Tengah di Paris, Prancis, 15 Januari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perwakilan dari sejumlah negara yang mengikuti Konferensi Perdamaian Paris menekankan tidak boleh ada yang mengambil keputusan sepihak dalam konflik antara Palestina dan Israel. Dalam sebuah pernyataan, para delegasi dalam pertemuan ini mengatakan akan terus berkomitmen mencari solusi dalam hal ini.

"Tidak ada pihak yang harus mengambil tindakan sepihak karena hal itu bisa membahayakan negosiasi perdamaian Palestina Israel di masa depan," ujar pernyataan di akhir Konferensi Paris, dilansir BBC, Senin (16/1).

Konferensi yang digelar pada 14 hingga 15 Januari lalu dihadiri oleh sekitar 70 perwakilan negara di ibu kota Paris. Pertemuan yang membahas solusi atas konflik Israel dan Palestina digelar pertama kalinya pada tahun lalu.

Palestina menyambut baik konferensi, tapi Israel menyebut acara ini sebagai pertemuan yang dicurangi. Pihaknya menilai, hal itu hanya bertujuan membela kepentingan Palestina.

"Ini sebuah konferensi yang dicurangi khususnya oleh Palestina dalam naungan Israel yang sebenarnya mengadopsi sikap anti-Israel," kata Netanyahu.

Israel khawatir konferensi hanya bertujuan menentukan langkah akhir yang diadopsi oleh PBB dan merusak negosiasi dalam konflik dengan Palestina. Israel juga memutuskan tidak menghadiri pertemuan itu.

Konferensi ini juga datang saat meningkatnya ketegangan di wilayah sengketa antara Palestina dan Israel. Belum lagi dengan adanya pernyataan dari Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengatakan hendak memindahkan kedutaan besar negaranya ke Yerusalem.

Status Yerusalem menjadi isu paling sensitif dalam konflik Palestina dan Israel. Palestina melihat Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota negara di masa depan. Namun, Israel menolak dan mengatakan seluruh bagian wilayah itu sebagai milik mereka.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement